Aksara Jawa Sungsang

Manfaat Aksara Jawa Sungsang – Pembawa Keberuntungan

Posted on

Manfaat Aksara Jawa Sungsang – Pembawa Keberuntungan. Seiring berjalannya waktu, semakin banyak aspek budaya kita yang mulai tenggelam dalam gelombang modernisasi. Salah satunya adalah aksara Jawa Sungsang, sebuah bagian berharga dari warisan leluhur yang perlahan namun pasti mulai dilupakan.

Apakah kalian pernah mendengar tentang aksara Jawa Sungsang? Bagi beberapa orang, mungkin ini terdengar asing. Namun, mari kita ambil waktu sejenak untuk merenung dan memahami pentingnya melestarikan warisan budaya kita yang sangat berharga ini.

Aksara Jawa Sungsang bukan hanya sekedar huruf atau simbol yang digunakan untuk menulis dalam bahasa Jawa, tetapi merupakan sebuah jendela yang menghubungkan kita dengan masa lalu, memperkaya pemahaman kita tentang sejarah, dan memberikan kita wawasan unik tentang cara pkalianng dan filosofi leluhur kita.

Namun, apa sebenarnya manfaat belajar dan membaca aksara Jawa Sungsang? Mengapa kita perlu berinvestasi waktu dan tenaga untuk mempelajari bagian dari budaya ini yang mungkin tampak tidak relevan di era digital modern ini?

Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang manfaat yang dapat kita peroleh dari membaca dan memahami aksara Jawa Sungsang. Mari kita jelajahi bersama-sama.

Aksara Jawa Sungsang

Rajah kalacakra sangat terkenal di kalangan para pemerhati dunia mistik dan supranatural. Juga banyak versi cara mengamalkan dan mempraktekkannya.

Khodam pemilik Ilmu ini konon adalah Batara Kala yang berwujud raksasa tinggi sekitar 3 meter dan benar-benar hadir dan masuk ke tubuh dalang ruwat ketika diadakan upacara Ruwatan.

Kehadiran Batara Kala ini biasanya tidak bisa lama, hanya sekitar 2 sampai 3 menit dan dalam waktu sesingkat itu membuat para makhluk halus yang biasanya mengikuti tubuh seseorang yang akan diruwat menjadi takluk dan menyingkir.

Menurut kepercayaan Jawa, rajah kalacakra ini tergores di dada Batara Kala yang kemudian dapat dibaca oleh Batara Wisnu yang menyamar sebagai dalang Kandhabuwana.

Rajah Kalacakra biasanya dipraktekkan pada upacara ruwatan dengan cerita Murwakala. Karena hal itu, Batara Kala kemudian mengikuti kehendak Batara Wisnu.

Untuk memanggil Batara Kala secara fisik juga tidak sembarangan. Hanya segelintir orang atau dalang ruwat (yang sekarang jumlahnya bisa dihitung dengan jari) yang sudah “ditakdirkan” dari sononya bisa memiliki penunduk Batara Kala dan menghadirkannya saat acara ruwatan. Meskipun begitu, kita juga bisa memiliki Ilmu ini dengan niat dan upaya batin yang teguh dan kuat.

Pernah ada pengalaman, seseorang yang memiliki Ilmu ini hanya dengan membuka bajunya dan diiringi membaca mantra penutup maka para makhluk halus yang kebetulan merasuki puluhan murid sekolah menengah tersadarkan.

Kekuatan Ilmu ini juga bisa untuk beragam fungsi, diantaranya untuk pengobatan fisik maupun metafisik, ruwat sengkolo, pengusiran mahluk halus yang mengganggu sebuah tempat, penolak beragam santet, teluh, dan tenung, penakluk dendam, iri hati, dan kesombongan lainnya, serta menjadi welas asih, pagar goib rumah, gedung, dan sebuah tempat.

Ada satu versi di antara banyak versi laku pengamalan Ilmu ini yang merupakan gabungan (akulturasi) Jawa – Islam. Berikut versi itu:

Puasa 3 hari dan hari terakhir pati geni 1 hari 1 malam, artinya tidak tidur dan tidak makan minum.
Saat tengah malam puasa lakukan sebagai berikut

Usap dengan tangan kanan:

  • Mata 3 X,
  • Kening 5 X,
  • Ubun-Ubun 1x
  • Pulung Ati 1x
  • Pusar 1x
  • Jempol Kaki kanan kiri 1x

Membaca sabda tunggal:

“SAYA MENGHADAP KE ZAT YANG MAHA SUCI, YANG MULIA, YANG MAHA ESA, YANG BERKUASA SEPENUHNYA TANPA TANDING, KUN FAYAKUN, MENJADIKAN SEGALA CIPTAAN-NYA DENGAN KEINGINAN-NYA, ADA SEKUAT KUASA-NYA, DAN KELUAR DARI KEDRATAN-NYA.”

Membaca niat:

“SAYA BERMUKIM UNTUK MELAKSANAKAN RAJAH KALACAKRA SEPERTI YANG DIMINTA, NIAT UNTUK MELAKSANAKAN AKSARA JAWA BALIKAN.”

Membaca syahadat:

SELAWAT DAN SALAM, DALAM NAMA ALLAH YANG MAHA PENYAYANG LAGI MAHA PENYAYANG, DAN AKU BERSAKSI DENGAN SYAHADAT YANG AGUNG, TUHANKU SEBAGAI PELINDUNG.”

“KHASBIYALLAH (3 X) WANIKMAL WAKIL NIKMAL MAULA WANIKMAN NASIR”

“TIDAK ADA DAYA DAN KEKUATAN KECUALI DENGAN ALLAH YANG MAHA AGUNG” (dibaca 7x)

“HA NA CA RA KA DA TA SA WA LA PA DHA JA YA NYA MA GA BA TA NGA” (dibaca 1x)

“NGA THA BA GA MA NYA YA JA DHA PA LA WA SA TA DA KA RA CA NA HA” (dibaca 60x)

“NGA THA BA GA MA NYA YA JA PHA PA LA WA SA TA DA KA RA CA NA HA” (dibaca 4x dalam hati dengan lidah ditekuk ke atas)

“NGA THA BA GA” (dibaca 999x)

“MA NYA YA JA” (dibaca 999x)

“DHA PA LA WA” (dibaca 999x)

SA TA DA KA” (dibaca 999x)

“RA CA NA HA” (dibaca 999x)

===Membaca MANTRA KUNCI penutup===

“YAMAROJA JAROMAYA

YAMARANI NIRAMAYA

YASILAPA PALASIYA

YAMIRODA RADOMIYA

YAMIDOSA SADOMIYA

YADAYUDA DAYUDANA

YASIYACA CAYASIYA

YASIHAMA MAHASIYA”

(mantra kunci ini perlu dihapalkan karena merupakan kunci)

Cara penggunaan Aksara Jawa Sungsang

Setelah selesai menjalani puasa selama 3 hari, maka kalian sudah memiliki Ilmu ini. Cara penggunaannya adalah dengan membaca mantra kunci sebanyak 1 kali dan menghembuskannya ke dalam air putih.

Untuk pengobatan fisik maupun metafisik, bacalah mantra sambil menghembuskan ke dalam air dan diminum setengah gelas, setengahnya lagi diusapkan ke tubuh orang yang bersangkutan.

Untuk ruwat sengkolo dan pengusiran mahluk halus yang mengganggu sebuah tempat, pagar goib rumah, gedung, dan sebuah tempat, bacalah mantra tersebut dan bakarlah dupa (menyan jawa) di tempat yang dimaksud.

Untuk menolak beragam santet, teluh, dan tenung, gunakan air putih yang sudah dihembuskan dengan mantra untuk diusapkan ke tubuh.

Untuk menaklukkan dendam, iri hati, kesombongan, dan menjadi welas asih, cukup bacalah mantra tersebut dan arahkan ke foto orang yang bersangkutan.

Untuk mengusir ilmu pesugihan yang dimiliki seseorang, dekati rumahnya dan bacalah mantra kunci setelah itu bersiul. Ulangi langkah yang sama sebanyak 3 kali

Penutup

Pentingnya aksara Jawa Sungsang bisa jadi belum sepenuhnya dipahami atau diakui oleh banyak orang, tetapi setiap upaya untuk belajar dan menguasainya merupakan langkah positif dalam menjaga warisan budaya kita tetap hidup. Dan siapa tahu, dalam proses tersebut, kita bisa menemukan pemahaman dan perspektif baru yang berharga.

Mungkin manfaat belajar aksara Jawa Sungsang ini tidak langsung terlihat dalam kehidupan sehari-hari kita, namun seiring waktu, kita akan menyadari betapa pentingnya memahami dan menghargai warisan budaya kita.

Mari kita jadikan pembelajaran aksara Jawa Sungsang ini sebagai bentuk penghormatan kita kepada leluhur dan upaya kita dalam menjaga kekayaan budaya bangsa.

Semoga melalui artikel exponesia.id ini, kita semakin sadar dan tergerak untuk menjaga dan melestarikan warisan budaya kita, khususnya aksara Jawa Sungsang.

Untuk generasi mendatang, semoga mereka tidak hanya mengenal aksara Jawa Sungsang ini, tetapi juga memahami dan menghargainya sebagai bagian penting dari identitas mereka.

Selamat belajar dan teruslah menjaga warisan budaya kita.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *