Kiat-Kiat Ikhlaskan Niat

Kiat-Kiat Ikhlaskan Niat : Pembahasan Lengkap

Posted on

Exponesia.id – Kiat-Kiat Ikhlaskan Niat : Pembahasan Lengkap. Dalam perjalanan hidup, kita sering menghadapi tantangan yang mengharuskan kita melepaskan keinginan, ketidakpuasan, dan niat kita. Kiat-Kiat Ikhlaskan Niat adalah konsep mendalam yang dapat membantu kita mencapai kedamaian batin dan kepuasan. Artikel ini akan membahas tips ahli untuk menguasai seni Kiat-Kiat Ikhlaskan Niat, memberikan panduan tentang bagaimana menemukan ketenangan di tengah cobaan.

Ikhlas Adalah?

Ikhlas adalah sebuah kata dalam bahasa Arab yang memiliki makna “dengan sepenuh hati” atau “dengan tulus”. Dalam konteks agama Islam, ikhlas sering diartikan sebagai sikap tulus hati dalam menjalani ibadah kepada Allah SWT tanpa mencari pujian atau penghargaan dari manusia. Ikhlas juga bisa merujuk pada niat yang murni dan tulus dalam melakukan amal baik, tanpa ada motif tersembunyi.

Keikhlasan terhadap ketetapan Allah SWT berarti menerima segala keputusan dan ketetapan-Nya dengan ikhlas. Ini termasuk baik keputusan yang menyenangkan maupun yang membuat hati terluka, karena seseorang yang ikhlas yakin bahwa semua yang Allah tentukan pasti memiliki hikmah dan kebaikan yang tidak selalu terlihat.

Dalam agama Islam, keikhlasan terhadap ketetapan Allah SWT merupakan salah satu prinsip dasar iman. Ini tercermin dalam firman Allah SWT dalam Surat Al-Baqarah ayat 216 yang mengatakan “Mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal ia baik bagimu, dan mungkin kamu menyukai sesuatu, padahal ia tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” Dengan memiliki keikhlasan terhadap ketetapan Allah SWT, seorang Muslim dapat merasakan kedamaian dan ketenangan dalam hati serta selalu yakin bahwa segala yang terjadi dalam hidupnya adalah kehendak Allah yang pasti membawa kebaikan.

Ketetapan Allah mencakup segala yang telah Allah tetapkan atau putuskan terjadi dalam kehidupan manusia dan alam semesta ini, baik itu yang bersifat baik ataupun bencana. Setiap ketetapan Allah SWT pasti memiliki hikmah dan kebaikan yang mungkin tidak selalu kita pahami dengan jelas.

Hal ini tercermin dalam banyak ayat dalam Al-Quran, di antaranya adalah Surat Al-Baqarah ayat 30 yang artinya :

“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi’. Mereka berkata: ‘Mengapa Engkau hendak menempatkan di dalamnya orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji-Mu dan mensucikan-Mu?’ Tuhan berfirman: ‘Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui’.”

Dengan menyadari bahwa ketetapan Allah SWT selalu mengandung hikmah dan kebaikan, seorang Muslim dapat merasa lebih sejahtera dan percaya diri dalam menghadapi berbagai cobaan hidup yang diberikan-Nya. Ini juga dapat membantu seseorang untuk terus berupaya dan mendoakan agar dapat menerima ketetapan Allah SWT dengan tulus dan kesabaran.

Kiat-Kiat Ikhlaskan Niat

Walaupun kita memiliki keterbatasan dalam sumber daya seperti waktu, tenaga, dan harta ketika beribadah kepada Allah, terdapat cara-cara untuk memaksimalkan pahala yang kita peroleh. Niat adalah kunci untuk mengumpulkan dan meraih pahala sebanyak-banyaknya di akhirat. Semakin tulus dan ikhlas kita dalam beramal, semakin besar juga pahala yang akan kita peroleh.

Abdullah ibnul Mubarak rahimahullah berkata,

رُبّ عمل صغير تُعظمه النيۃ ورب عملٍ كبير تصغره النيۃ.

“Berapa banyak amalan yang kecil berubah menjadi besar karena niat, dan berapa banyak amalan yang besar berubah menjadi kecil karena niat.” (Lihat Jami’ Al-Ulum wa Al-Hikam fii Syarhi Khamsina Hadisan min Jawami’ Al-Kalim, hal. 13)

Berikut adalah pembahasan Kiat-Kiat Ikhlaskan Niat yang bisa kalian pahami :

1. Berdoa meminta keikhlasan

Untuk mempermudah kita dalam mengikhlaskan amalan ibadah yang dilakukan, dianjurkan untuk rajin berdoa kepada Allah Ta’ala dengan doa yang sesuai dengan kemampuan kita. Salah satu doa yang diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam konteks ini adalah:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَناَ أَعْلَمُ، وَأَسْتَغْفِرُكَ مِمَّا لاَ أَعْلَمُ

“Ya Allah, Sungguh Aku berlindung kepada-Mu dari perbuatan menyekutukan-Mu dalam keadaan tahu, dan Aku memohon ampunan dari apa yang tidak saya ketahui.” (HR. Bukhâri dalam Al-Adab Al-Mufrad)

Menyekutan Allah (riya’) adalah lawan dari keikhlasan. Oleh karenanya, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berdoa dan berlindung dari perbuatan riya’.

Di antara doa yang dipanjatkan Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu,

اللهُمَّ اجْعَلْ عَمَلِيْ كُلَّهُ صَالِحًا و اجْعَلْهُ لِوَجْهِكَ خَالِصاً

“Allahummaj’al ‘amali kullahu shalihan, waj’alhu liwajhika khalishan

[Ya Allah, jadikanlah seluruh amalanku adalah amalan saleh dan jadikanlah setiap amalanku ikhlas hanya mengharapkan wajahmu.]” (HR. Ahmad)

2. Menyembunyikan amalan

Seseorang yang melakukan amal ibadah dalam keadaan tersembunyi cenderung dapat mencapai tingkat ikhlas yang lebih tinggi. Amalan yang dilakukan secara rahasia memiliki pahala yang lebih besar daripada yang dilakukan secara terang-terangan. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda:

سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ

وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لاَ تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِيْنُهُ

“Ada tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah dengan naungan ‘Arsy-Nya pada hari di mana tidak ada naungan, kecuali hanya naungan-Nya semata: (salah satunya) Seseorang yang bersedekah lalu menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang disedekahkan oleh tangan kanannya …” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari hadis di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa tingkat ketertutupan seseorang dalam memberikan sedekah begitu besar hingga bahkan tangan kirinya tidak mengetahui jumlah sedekah yang diberikan, apalagi orang lain. Oleh karena itu, pahala yang Allah berikan sangatlah besar.

Demikian pula, pelaksanaan salat sunah secara rahasia, misalnya di rumah, memiliki nilai lebih tinggi daripada pelaksanaan di masjid. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda:

عَلَيْكُمْ بِالصَلَاةِ فِيْ بُيُوْتِكُمْ ، فَإِنَّ خَيْرَ صَلَاةِ المَرْءِ فِيْ بَيْتِهِ إلَّا الصَلَاةَ المَكْتُوْبَةَ

“Hendaknya kalian mengerjakan salat di rumah-rumah kalian, karena sesungguhnya sebaik-baik salat seseorang adalah di rumahnya, kecuali salat maktubah (fardu)”. (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam sabda beliau yang lain :

صلاة الرجل تطوعًا حيث لا يراه الناس تعدل صلاته على أعين الناس خمسًا وعشرين درجة

“Salat sunah yang dikerjakan seseorang di tempat yang tidak dilihat orang lain, senilai 25 kali derajat salat sunah yang dia kerjakan di tengah banyak orang.” (HR. Abu Ya’la. Lihat Shahih Al-Jami, no. 7269).

3. Meyakini bahwa sekecil apapun amalan, pasti Allah akan balas

Allah Ta’ala telah menegaskan dalam firman-Nya :

فَمَن يَعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّةٍ خَيۡرٗا يَرَهُۥ

“Maka, barangsiapa mengerjakan kebajikan seberat żarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.” (QS. Al Zalzalah: 7)

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda :

مَن هَمَّ بحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْها، كُتِبَتْ له حَسَنَةً، ومَن هَمَّ بحَسَنَةٍ فَعَمِلَها، كُتِبَتْ له عَشْرًا إلى سَبْعِ مِئَةِ ضِعْفٍ، ومَن هَمَّ بسَيِّئَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْها، لَمْ تُكْتَبْ، وإنْ عَمِلَها كُتِبَتْ

“Barangsiapa yang berniat melakukan suatu kebaikan, namun tidak jadi dilakukan, maka ditulis baginya 1 kebaikan. Barangsiapa yang berniat melakukan suatu kebaikan, dan jadi dilakukan, maka ditulis baginya 10x sampai 700x kebaikan. Siapa yang berniat melakukan suatu keburukan, namun tidak jadi dilakukan, maka tidak ditulis keburukan tersebut. Dan jika dilakukan, ditulis 1 keburukan.” (HR. Muslim)

Makna dari hadis “baginya dengan 10 kebaikan hingga 700 kali lipat” adalah tidaklah dibatasi, sebab Allah Ta’ala akan melipatgandakan pahala bagi siapa pun yang Dia kehendaki, memberikan karunia-Nya dari sisi-Nya yang tak terhitung dan tak terbatas, bahkan berkali-kali lipat. Ini menggambarkan seberapa luasnya kasih sayang dan rahmat Allah Ta’ala.

Pemberian pahala yang berlimpah ini bergantung pada kekuatan iman seorang hamba dan tingkat keikhlasannya. Semakin tulus niat dan amal seseorang, semakin besar pula lipatan pahalanya, mulai dari 10, hingga 700, bahkan lebih dari itu. Oleh karena itu, tak dapat diragukan lagi bahwa setiap kebaikan harus didasari oleh keimanan yang kuat dan ketulusan yang semata-mata karena Allah Ta’ala. (Referensi: Tafsir As-Sa’di pada penjelasan Surah Al-Baqarah ayat 261).

Penutup

Terkadang, dalam menjalani hidup, kita harus belajar untuk mengikhlaskan niat. Ini adalah langkah yang tidak selalu mudah, tetapi penting untuk menjaga keseimbangan dan kedamaian dalam diri kita. Di dalam artikel ini, kita telah membahas beberapa kiat yang dapat membantu kita dalam proses mengikhlaskan niat.

Dalam keseluruhan, mengikhlaskan niat adalah tentang menciptakan ruang dalam hati kita untuk kebaikan yang lebih besar. Dengan mengikuti Kiat-Kiat Ikhlaskan Niat di atas, kita dapat merangkul perubahan dan menjalani hidup dengan niat yang lebih ikhlas.

Itu saja uraian secara lengkap yang bisa exponesia.id bahas mengenai Kiat-Kiat Ikhlaskan Niat. Semoga bermanfaat

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *