Perkutut Satrio Wicaksono Ekor 17

Filosofi dan Tuah Perkutut Satrio Wicaksono Ekor 17

Posted on

Filosofi dan Tuah Perkutut Satrio Wicaksono Ekor 17. Di tanah Jawa, tak ada yang lebih menyatu dengan kehidupan spiritual dan kebudayaan masyarakatnya daripada burung perkutut.

Bukan sekadar hewan peliharaan atau objek hobi, burung ini memegang peran penting dalam banyak aspek kehidupan, mulai dari ritual keagamaan hingga simbol status sosial. Tapi apa yang membuat perkutut jenis Satrio Wicaksono Ekor 17 begitu spesial?

Burung perkutut telah lama dikenal sebagai simbol kebijaksanaan, keharmonisan, dan keberuntungan. Namun, di balik kicauannya yang merdu dan penampilannya yang anggun, tersembunyi filosofi mendalam yang mencerminkan nilai-nilai budaya dan spiritualitas lokal.

Artikel ini akan membahas bagaimana burung perkutut—khususnya jenis Satrio Wicaksono Ekor 17—tidak hanya menjadi ikon budaya, tetapi juga dipercaya membawa ‘tuah’ atau keberuntungan spiritual bagi pemiliknya.

Mari kita selami lebih dalam makna yang terkandung di balik keindahan dan keunikan burung perkutut Satrio Wicaksono Ekor 17, dan mengapa ia dianggap sebagai salah satu jenis burung yang paling mistis dan berharga di Nusantara.

Perkutut katuranggan Satrio Wicaksono Ekor 17

Terdapat banyak varian Perkutut lokal yang diklasifikasikan berdasarkan jumlah bulu pada ekornya, dan setiap varian ini memiliki filosofi serta keberuntungan yang beragam.

Setiap jenis Perkutut, termasuk namanya dan jumlah bulu ekornya, mengandung arti yang terkait dengan kepercayaan mengenai keberuntungannya. Ini juga sekaligus berfungsi sebagai nasihat atau petuah tersirat yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam menjalani kehidupan.

Salah satu jenisnya adalah perkutut Satrio Wicaksono Ekor 17. Jenis Perkutut dengan 17 bulu ekor ini tergolong jarang dan susah ditemukan, mengingat pada umumnya burung Perkutut memiliki 14 lembar bulu ekor sebagai hal yang biasa.

Namun, Perkutut ini selektif dalam hal pemiliknya, yang berarti tidak semua orang sesuai untuk merawatnya. Perkutut Satrio Wicaksono memiliki aura besar dan lebih sesuai untuk dipelihara oleh seseorang yang berkepribadian pemimpin.

Mirip dengan varian Perkutut katuranggan lainnya, Perkutut katuranggan Satrio Wicaksono dengan 17 bulu ekor juga membawa makna filosofi yang terkait dengan mitos seputarnya.

Satrio Wicaksono bisa diartikan sebagai ksatria yang penuh kebijaksanaan, sementara angka 17 dalam kepercayaan budaya Jawa dianggap sebagai angka sakral yang paling tinggi, melebihi nilai angka sakral lainnya.

Filosofi dan Tuah Perkutut Satrio Wicaksono Ekor 17

Angka 17 dianggap sebagai lambang dari “pitulungan dan kawelasan,” yaitu gabungan dari angka 7 (pitu) dan 11 (sewelas).

Angka tujuh, atau disebut juga pitu, membawa makna pitulungan sebagai lambang keinginan untuk selalu menerima bantuan dari Tuhan dan sesama manusia.

Sementara itu, angka sebelas atau sewelas diartikan sebagai welas atau kawelasan, menjadi simbol dari harapan untuk selalu dianugerahi kasih sayang dari Tuhan dan sesama.

Angka 17 adalah amalgamasi dari angka tujuh dan angka sebelas, yang mengandung arti pitulungan dan kawelasan. Ini menjadi lambang dari harapan untuk selalu mendapat pertolongan serta kasih sayang dari Tuhan dan sesama.

Perkutut Satrio Wicaksono Ekor 17 menjadi sebuah pesan implisit bagi seorang pemimpin untuk selalu berlaku sebagai ksatria yang adil dan penuh kebijaksanaan.

Jika seorang pemimpin mampu bersikap adil, bijaksana, serta mampu melindungi dan membimbing orang-orang yang berada di bawah kepemimpinannya, maka Tuhan akan senantiasa memberikan bantuan dan kasih sayang-Nya, serta mengarahkan setiap langkahnya.

Seorang pemimpin yang adil, bijaksana dan mampu melindungi akan tanpa ragu mendapatkan cinta dan hormat dari rakyat atau orang-orang yang ia pimpin. Dengan demikian, kehidupannya akan dipenuhi dengan keberkahan, keselamatan, dan kehormatan.

Baca juga : 

Penutup

Demikianlah pembahasan exponesia.id mengenai Filosofi dan Tuah Perkutut Satrio Wicaksono Ekor 17. Memahami perkutut Satrio Wicaksono Ekor 17 lebih dari sekadar mengetahui karakteristik fisik atau kemampuannya dalam kontes suara. Ini adalah tentang menghargai warisan budaya dan filosofi yang terkandung di dalamnya.

Tak heran jika burung ini menjadi lebih dari sekadar hewan peliharaan, namun simbol dari kebijaksanaan, keberuntungan, dan spiritualitas.

Lebih dari itu, perkutut Satrio Wicaksono Ekor 17 menjadi contoh nyata bagaimana manusia dan alam bisa saling berinteraksi dalam harmoni, saling memberikan nilai dan arti.

Bagi pemiliknya, burung ini bukan hanya soal trofi atau status sosial; melainkan sebuah mahakarya alam yang membawa tuah dan filosofi mendalam tentang kehidupan.

Dalam konteks Indonesia, di mana budaya dan tradisi masih sangat dihargai, keberadaan perkutut ini semakin menegaskan pentingnya menjaga kelestarian budaya. Ia menjadi jembatan antara masa lalu yang penuh kebijaksanaan dengan masa kini dan masa depan yang terus bertransformasi.

Kita semua bisa belajar dari filosofi dan tuah yang dibawa oleh perkutut Satrio Wicaksono Ekor 17— bahwa keindahan, kebijaksanaan, dan keberuntungan bisa berada di tempat yang paling tidak kita duga, dan kadang kala, ia berada tepat di depan mata kita, menunggu untuk ditemukan dan dihargai.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *