Mengamalkan Ayat Lima

Cara Mengamalkan Ayat Lima – Meningkatkan Kehidupan

Posted on

Cara Mengamalkan Ayat Lima – Meningkatkan Kehidupan. Seiring berjalannya waktu dan tantangan hidup yang terus bermunculan, banyak diantara kita yang merasa kehilangan arah dan seakan terjebak dalam kerumitan masalah. Namun, ada satu hal yang seringkali kita lupakan, yaitu kekuatan iman dan doa yang luar biasa dalam menenangkan hati dan memecahkan persoalan hidup. Dalam konteks inilah pentingnya mengamalkan ayat lima, sebentuk praktik spiritual yang memiliki nilai mendalam dalam tradisi kepercayaan masyarakat kita.

Ayat lima, yang kerap juga disebut sebagai ayat penting, adalah kumpulan lima ayat dari Al-Quran yang sering dipakai dalam praktek dzikir dan doa untuk mendapatkan perlindungan, keberkahan, dan petunjuk.

Meski tak ada penjelasan spesifik dalam Al-Quran maupun Hadits yang merujuk langsung pada istilah ‘ayat lima‘, namun banyak ulama dan masyarakat muslim mengidentifikasikannya dengan lima ayat dari surah yang berbeda.

Artikel ini akan membahas secara detail tentang apa itu ayat lima, bagaimana cara mengamalkan Ayat Lima, serta manfaat dan keberkahan yang bisa kita peroleh dari mengamalkan ayat lima. Mari bersama-sama kita telusuri lebih jauh tentang keajaiban dan kekuatan yang terkandung di dalamnya.

Apa Itu Ayat Lima?

Mengamalkan Ayat Lima

Ayat Lima, dalam tradisi kepercayaan dan spiritualitas masyarakat Indonesia, merujuk kepada kelima ayat yang dipilih dari lima surah berbeda dalam Al-Quran. Ayat-ayat tersebut dipercaya memiliki kekuatan spiritual khusus dan sering digunakan dalam doa dan dzikir sebagai bentuk perlindungan, penuntun, dan pemberi keberkahan.

Penting diketahui bahwa sebutan ‘Ayat Lima‘ bukanlah terminologi yang secara spesifik disebutkan dalam Al-Quran atau Hadits. Namun, dalam praktiknya, banyak masyarakat muslim di Indonesia yang mengamalkan konsep ini. Biasanya, ayat-ayat yang dianggap sebagai bagian dari Ayat Lima ini dipilih karena keunikannya, atau karena pesan dan hikmah yang terkandung di dalamnya.

Ayat-ayat yang termasuk dalam Ayat Lima berbeda-beda menurut tradisi setempat atau penafsiran masing-masing individu. Beberapa ayat yang sering digunakan meliputi ayat Kursi (Al-Baqarah:255), ayat pertama dari Al-Ikhlas (112:1), ayat terakhir dari Al-Baqarah (2:286), dan lainnya.

Meski demikian, Ayat Lima sejatinya tidak hanya tentang lima ayat itu sendiri, melainkan tentang cara kita memahami dan mengamalkan Ayat Lima dalam kehidupan sehari-hari. Proses ini mencakup bacaan, pemahaman, dan refleksi atas ayat-ayat tersebut, serta mengamalkannya dalam bentuk tindakan nyata dalam kehidupan kita.

Namun, selalu penting untuk mengingat bahwa dalam mengamalkan Ayat Lima, atau ayat Al-Quran manapun, niat dan keikhlasan adalah kunci utama. Al-Quran merupakan petunjuk hidup, dan memahaminya secara mendalam dan benar merupakan salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.

Dengan demikian, mari kita memahami dan mengamalkan Ayat Lima dengan niat yang baik dan hati yang ikhlas, agar kita dapat merasakan manfaat dan hikmah yang terkandung di dalamnya.

Berikut Bacaan Ayat Lima:*

Bismillahir’rahmaanir’rahiim
“Alam tara ilalmala-i min banii israa-liila min ba’di muusaaidz qaalu linnabiyyi lahu-mub’ats lanaa malikan nuqaatil fii sabiilil-laahi qaala hal ‘asaitum in kutiba ‘alaiku-mul qitaalu an laa tuqaatiluu qaaluu wa maa lanaa an laa nu qaatila fi sabiilillaahi wa qad ukhrijnaa min diyaarinaa wa abnaa-inaa, falammaa kutiba ‘alaihimul qitaalu tawallau illaa qaliillan-minhum wallaahu ‘aliimun bidl dlaalimiin”

أَلَمْ تَرَ إِلَى الْمَلَإِ مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ مِنْ بَعْدِ مُوسَىٰ إِذْ قَالُوا لِنَبِي لَهُمُ ابْعَثْ لَنَا مَلِكًا نُقَاتِلْ فِي سَبِيلِ الهِ ۖقَالَ هَلْ عَسَيْتُمْ إِنْ كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ أَلا تُقَاتِلُواۖ قَالُوا وَمَا لَنَا أَلا نُقَاتِلَ فِي سَبِيلِ الهِ وَقَدْ أُخْرِجْنَا مِنْ دِيَارِنَا وَأَبْنَائِنَا ۖفَلَما كُتِبَ عَلَيْهِمُ الْقِتَالُ تَوَلوْا إِلا قَلِيلًا مِنْهُمْ ۗوَالهُ عَلِيمٌ بِالظالِمِي

Artinya: Apakah kamu tidak memperhatikan pemuka-pemuka Bani Israil sesudah Nabi Musa, yaitu ketika mereka berkata kepada seorang Nabi mereka:”Angkatlah untuk kami seorang raja supaya kami berperang (dibawah pimpinannya) di jalan Allah”. Nabi mereka menjawab:”Mungkin sekali jika kamu nanti diwajibkan berperang, kamu tidak akan berperang.” Mereka menjawab:”Mengapa kami tidak mau berperang di jalan Allah, padahal sesungguhnya kami telah diusir dari kampung halaman kami dan dari anak-anak kami?”. Maka tatkala perang itu diwajibkan atas mereka, merekapun berpaling, kecuali beberapa orang saja di antara mereka. Dan Allah Maha Mengetahui siapa orang-orang yang zalim. [Qs.Al-Baqarah : (246) ]

Laqad sami’ allaahu qaulal ladziina qaaluu innallaaha faqiirun wa nahnu aghniyaa-u sanaktubu maa qaaluu wa qatlahumul-anbiyaa-a bi ghairi haqqin wa naquulu dzuuquu a’dzaabal hariiqin.

لَقَدْ سَمِعَ اللهُ قَوْلَ الذِينَ قَالُوا إِن اللهَ فَقِيرٌ وَنَحْنُ أَغْنِيَاءُ ۘسَنَكْتُبُ مَا قَالُوا وَقَتْلَهُمُ الْأَنْبِيَاءَ بِغَيْرِ حَق وَنَقُولُ ذُوقُوا عَذَابَ الْحَرِيقِ

Artinya : Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan orang-orang yang mengatakan:” Sesungguhnya Allah miskin dan kami kaya “. Kami akan mencatat perkataan mereka itu dan perbuatan mereka membunuh nabi-nabi tanpa alasan yang benar, dan Kami akan mengatakan (kepada mereka):” Rasakanlah olehmu azab yang membakar.” [Qs.Ali-‘Imraan : (181)]

Alam tara ilal ladziina qiila lahum kuffuu aidiyakum wa aqiimuushshalaata wa aatuz zajaata falammaa kutiba ‘alaihi mul qitaalu idzaa fariiqun minhum yakhsyaunan naasa kakhasy-yatillaahi au asyadda khasy-yatan wa qaaluu rabbanaa li ma tabta ‘alainaal qitaala laulaa akhkhartanaa ilaa alain qariibin qul mataa’ud dunyaa qaliilun wal aakhiratu khairun limanit taqaa wa laa tudl-lamuuna fatiilan”.

أَلَمْ تَرَ إِلَى الذِينَ قِيلَ لَهُمْ كُفوا أَيْدِيَكُمْ وَأَقِيمُوا الصلَاةَ وَآتُوا الزكَاةَ فَلَماكُتِبَ عَلَيْهِمُ الْقِتَالُ إِذَا فَرِيقٌ مِنْهُمْ يَخْشَوْنَ الناسَ كَخَشْيَةِ اللهِ أَوْ أَشَد خَشْيَةً ۚوَقَالُوا رَبنَا لِمَ كَتَبْتَ عَلَيْنَا الْقِتَالَ لَوْلَا أَخرْتَنَا إِلَىٰ أَجَلٍ قَرِيبٍ ۗقُلْ مَتَاعُ الدنْيَا قَلِيلٌوَالْآخِرَةُ خَيْرٌ لِمَنِ اتقَىٰ وَلَا تُظْلَمُونَ فَتِيلًا

Artinya : Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka:”Tahanlah tanganmu (dari berperang), dirikanlah sembahyang dan tunaikanlah zakat!” Setelah diwajibkan kepada mereka berperang, tiba-tiba sebahagian dari mereka (golongan munafik) takut kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan lebih sangat dari itu

takutnya. Mereka berkata:”Ya Tuhan kami, mengapa Engkau wajibkan berperang kepada kami? Mengapa tidak Engkau tangguhkan (kewajiban berperang) kepada kami sampai kepada beberapa waktu lagi?” Katakanlah: “Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa, dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun. [Qs.An-Nisaa’ : (77)]

Watlu ‘alaihim naba-abnai aadama bil haqqi idz qarraba qurbaanan fa tuqubbila min ahadi himaa walam yutaqabbal minal -aakhari qaala laa aqtulannaka qalaa innamaa yataqabbalullaa hu minal muttaqiin”

۞ وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ ابْنَيْ آدَمَ بِالْحَق إِذْ قَربَا قُرْبَانًا فَتُقُبلَ مِنْ أَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبلْمِنَ الْآخَرِ قَالَ لَأَقْتُلَنكَ ۖقَالَ إِنمَا يَتَقَبلُ اللهُ مِنَ الْمُتقِينَ

Artinya : Ceriterakanlah kepada mereka kisah kedua puteraAdam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika kedENAKya mempersembahkan korban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil):”Aku pasti membunuhmu!”. Berkata Habil:”Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban)

dari orang-orang yang bertakwa”. [Qs.Al-Maaidah emoticon-Frown27)] “Qul man rabbus samaawaati wal ardhi? Qul afattakhadztummin duunihii auliyaa-a laa yamlikuuna li anfusihim naf’an wa laa dlarram qul hal yastawill a’maa wal bashiiru amhal tastawidl dlulumaatu wan nuuruam ja’aluu lillaahisyurakaa-a khalaquu laihim qulillaahu khaaliqu kulli syai-in wa huwal waahidul wahhaaru”.

قُلْ مَنْ رَب السمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ قُلِ اللهُ ۚقُلْ أَفَاتخَذْتُمْ مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ لَا يَمْلِكُونَلِأَنْفُسِهِمْ نَفْعًا وَلَا ضَرا ۚقُلْ هَلْ يَسْتَوِي الْأَعْمَىٰ وَالْبَصِيرُ أَمْ هَلْ تَسْتَوِي الظلُمَاتُوَالنورُ ۗأَمْ جَعَلُوا لِلهِ شُرَكَاءَ خَلَقُوا كَخَلْقِهِ فَتَشَابَهَ الْخَلْقُ عَلَيْهِمْ ۚقُلِ اللهُ خَالِقُ كُلشَيْءٍ وَهُوَ الْوَاحِدُ الْقَهارُ

Artinya : Katakanlah:” Siapakah Tuhan langit dan bumi?”Jawabnya:” Allah “. Katakanlah:” Maka patutkah kamu mengambil pelindung-pelindungmu dari selain Allah, padahal mereka tidak menguasai kemanfaatan dan tidak (pula) kemudharatan bagi diri mereka sendiri? “. Katakanlah:” Adakah sama orang buta dan orang yang melihat, atau samakah gelap gulita dan terang benderang; apakah mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah yang dapat menciptakan seperti ciptaan-Nya sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut pkalianngan mereka?”Katakanlah:” Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan Dialah Tuhan Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa “. [Qs.AR-Ra’d emoticon-Frown16)

Hadist Mengenai Ayat Lima

Berikut adalah beberapa hadis dan riwayat:

Sayyidah Aisyah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW menjelaskan, “Jika Ayat Lima ini ditulis di dalam bejana yang diisi air kemudian airnya diminum pada hari Jumat, maka Allah akan menyembuhkan penyakitnya dan menggantinya dengan cahaya petunjuk keyakinan dan kasih sayang.”

Salman Al-Farisi r.a. berkata: “Rasulullah SAW mengajarkan kepadaku Ayat Lima, lalu beliau berkata: Siapa pun yang membacanya dan mengamalkannya, Allah akan memanjangkan usianya, mengampuni dosanya, serta memudahkan pencapaian keinginannya.”

Ibnu Mas’ud meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW selalu membaca Ayat Lima ini, baik beliau berada di kota maupun sedang dalam perjalanan dan peperangan. Di medan perang, beliau selalu dapat mengalahkan orang-orang kafir dan munafik, serta selalu mendapatkan pertolongan Allah.

Syaikh Majduddin r.a. berkata: “Sesungguhnya di dunia ini terdapat 4000 wali yang terdiri dari Wali Autat, Abdal, Rijalul gaib, dan Wali quthub. Semua wali ini mengamalkan Ayat Lima. Jika kalian ingin bertemu dengan mereka, bacalah Ayat Lima ini setiap malam.”

Syaikh Abu Hasan Asy-Syadzali pernah bertemu dengan wali Quthub. Beliau berwasiat agar membaca Ayat Lima dan mengamalkan Ayat Lima. Insya Allah, orang tersebut akan dibukakan pintu pertolongan dan memperoleh derajat Quthub.

Syaikh Jamil Al Yamani bercerita pernah bertemu dengan wali Quthub dan diberi ijazah Ayat Lima ini, kemudian ia menemukan berkah dalam segala hal.

Sayidina Ali bin Abi Thalib berkata, “Barangsiapa membaca Ayat Lima setiap hari, niscaya Allah akan menurunkan 12 ribu malaikat dengan membawa senjata dari cahaya untuk menjaga orang tersebut dari bencana dan malapetaka dunia. Akan dibangun rumah di Surga sebanyak 600 tingkat yang terbuat dari mutiara merah.”

Khasiat Bacaan Ayat Lima

Berikut adalah beberapa manfaat dari mengamalkan Ayat Lima, antara lain:

  1. Jika ayat lima dibaca di hadapan musuh, maka hati musuh akan gentar dan kalah.
  2. Jika ayat lima dibaca oleh seseorang yang hendak berpergian dan khawatir akan dihadang oleh hewan buas, perampok, dan sebagainya, maka dengan izin Allah hatinya akan mendapatkan ketenangan dan dijauhkan dari hal-hal yang tidak diinginkan.
  3. Jika ayat lima dibacakan di hadapan orang yang berniat jahat, maka akan meluluhkan niat jahatnya.
  4. Jika ayat lima ditulis pada selembar kertas dan ditempelkan pada pucuk senjata, maka Allah SWT akan meruntuhkan kekuatan musuh.
  5. Jika ayat lima diamalkan secara rutin, maka Allah SWT akan meridai dengan memanjangkan umur seseorang, mengampuni dosa-dosanya, dan memudahkan segala urusannya.

Penutup

berbagai penjelasan tentang mengamalkan Ayat Lima yang telah disampaikan di atas memberikan kita pemahaman lebih mendalam tentang bagaimana doa dan dzikir, berdasarkan ayat-ayat pilihan dari Al-Quran, dapat menjadi penyejuk dan penuntun di tengah dinamika kehidupan. Ayat Lima, meski bukan terminologi yang secara eksplisit disebutkan dalam Al-Quran atau Hadits, telah lama menjadi bagian dari tradisi spiritualitas masyarakat kita.

Namun, yang paling penting untuk diingat adalah bahwa, meski kita berdzikir dan berdoa menggunakan Ayat Lima, atau ayat Al-Quran lainnya, niat dan keikhlasan adalah kunci utamanya. Al-Quran adalah petunjuk hidup, dan memahaminya secara mendalam dan benar adalah suatu bentuk ibadah dan cara mendekatkan diri kepada Tuhan.

Ingatlah bahwa mengamalkan Ayat Lima bukan hanya sekedar membaca dan menghafalnya, tetapi lebih kepada memahami dan menerapkan hikmah yang terkandung di dalamnya dalam kehidupan kita sehari-hari. Berdoalah dengan penuh keikhlasan, yakin bahwa setiap kata yang kita ucapkan memiliki makna dan dampak. Dan terakhir, mari kita berdoa agar kita senantiasa diberikan hidayah dan petunjuk-Nya untul mengamalkan Ayat Lima dalam menjalani kehidupan ini.

Semoga artikel exponesia.id ini dapat membantu kalian dalam memahami dan mengamalkan Ayat Lima. Mari kita jadikan ayat-ayat ini sebagai lentera yang menerangi jalan kita, dan semoga kita semua selalu diberkahi dan dilindungi oleh-Nya. Amiin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *