Ciri dan Khasiat Tasbih Kayu Dewandaru – Panduan Lengkap. Di tengah maraknya perbincangan seputar gaya hidup spiritual dan kesejahteraan batin, tasbih kayu Dewandaru muncul sebagai salah satu benda yang tak hanya memikat karena keindahannya, tetapi juga karena makna dan manfaat yang diyakini terkandung di dalamnya.
Bukan sekadar alat bantu dalam ibadah atau sebagai aksesori fashion, tasbih kayu Dewandaru memiliki lapisan khasiat yang membuatnya dihargai oleh banyak kalangan.
Artikel ini akan membahas ciri-ciri dan khasiat Tasbih Kayu Dewandaru, sebuah kekayaan budaya dan spiritual yang patut untuk diketahui lebih dalam.
Dari tekstur kayu yang khas hingga aroma yang memancar, tasbih ini adalah kombinasi antara keindahan alam dan nilai-nilai spiritual yang mendalam. Selamat membaca!
Tasbih Kayu Dewandaru
Pohon Dewandaru dalam istilah Jawa dapat diartikan sebagai kayu yang membawa wahyu para Dewa. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika pohon Dewandaru dianggap sebagai pohon yang suci dan memiliki kekuatan atau energi khusus, serta bisa digunakan untuk berbagai keperluan.
Da3a0 Ciri dan Khasiat Tasbih Kayu Dewandaru, pohon Dewandaru juga dikenal sebagai pohon belimbing londo. Pohon ini merupakan tumbuhan semak dengan batang berbentuk bulat dan kulit kayu berwarna coklat. Kayu Dewandaru memiliki warna coklat kekuningan.
Biasanya, kayu Dewandaru berasal dari pohon-pohon tua yang telah berusia ratusan tahun dan memiliki kualitas terbaik. Kayu tersebut akan tenggelam jika direndam dalam air, mirip dengan kayu Stigi.
Ternyata, meskipun telah terkubur dalam tanah selama bertahun-tahun, kayu Dewandaru tetap mempertahankan “gondo lengo” – minyak alami yang memiliki aroma kecut, dan saat kayu tersebut dibelah, permukaannya akan sedikit berminyak.
Di Indonesia, tumbuhan ini bisa ditemukan di beberapa lokasi di pulau Jawa, Sumatera, dan pulau-pulau kecil lainnya. Salah satu daerah yang terkenal sebagai produsen kayu Dewandaru terbesar adalah kepulauan Karimun Jawa dan Gunung Kawi.
Konon, kayu Dewandaru dari Karimun Jawa dianggap sebagai yang paling berusia tua atau yang paling dianggap keramat.
Di kalangan masyarakat Jawa, pohon Dewandaru diyakini sebagai pohon berkah yang penuh dengan mitos. Mulai dari cerita tentang asal-usulnya hingga berbagai manfaat magis yang dipercayai.
Karena alasan ini, kayu Dewandaru sering diolah menjadi aksesoris seperti tasbih, gelang, cincin, dan kalung yang berfungsi sebagai jimat atau benda yang memberikan perlindungan.
Kayu Dewandaru sangat cocok digunakan sebagai tasbih karena jika digunakan secara rutin untuk berzikir, energi yang terkandung dalam tasbih tersebut akan semakin kuat dan bermanfaat, serta dapat digunakan untuk berbagai keperluan.
Sejarah dan mitos kayu Dewandaru
Setelah mengulas ciri dan khasiat Tasbih Kayu Dewandaru, mari simak sejarah dan mitos kayu Dawandaru.
Dikisahkan bahwa tongkat yang dibawa oleh Sunan Nyamplungan ke Karimun Jawa kemudian ditanamkan ke dalam tanah dengan ucapan, sehingga tongkat kayu Dewandaru tersebut tumbuh dan berkembang seperti pohon biasa, dan seiring waktu, jumlahnya semakin bertambah di Pulau Karimun Jawa.
Jejak bekas pohon Dewandaru yang menjadi induknya juga masih dapat ditemukan di sekitar makam Sang Wali dan saat ini telah di lingkari dengan tembok sebagai perlindungan.
Menurut penjaga makam, jika ada yang mengambil pecahan atau serpihan kayu Dewandaru bahkan hanya sedikit dari pohon induk yang paling dihormati, disebutkan bahwa akan “iso ndadekke orak karuan” (dapat membawa bencana). Oleh karena itu, pohon induk tersebut akhirnya dijaga dengan dikelilingi tembok.
Konon, jika kayu Dewandaru dibawa keluar dari kepulauan Karimun Jawa, akan mengundang angin kencang dan gelombang besar, bahkan dapat mengakibatkan tenggelamnya kapal yang membawanya karena kayu Dewandaru memiliki kemampuan untuk menggerakkan angin dan ombak besar ketika berada di tengah laut. Seperti jika kayu ini menolak untuk diangkut keluar dari pulau asalnya.
Apabila bermaksud membawa kayu Dewandaru keluar dari Pulau Karimun Jawa, kapal yang akan mengangkut kayu tersebut harus dilengkapi dengan tiga pasak paku yang berasal dari kayu keramat.
Pasak pertama terbuat dari kayu Kalimasada dan ditempatkan di bagian depan kapal, diikuti oleh pasak dari kayu Dewandaru di bagian tengah kapal, serta pasak dari kayu Stigi yang ditempatkan di bagian belakang kapal.
Dengan menggunakan kapal yang dilengkapi tiga pasak dari kayu-kayu keramat ini, para nelayan dan warga sekarang dapat membawa kayu Dewandaru keluar dari Pulau Karimun Jawa.
Kayu Dewandaru Berdasarkan Mitos Filosofi Jawa
Dalam ciri dan Khasiat Tasbih Kayu Dewandaru di budaya Jawa, pohon dewandaru dapat diartikan sebagai kayu yang ‘Membawa Wahyu Dewa’. Kata “dewandaru” sering muncul dalam cerita pewayangan maupun dalam warisan bahasa Jawa Kuno dan Sanskerta. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika pohon bernama dewandaru ini kemudian dihiasi dengan mitos.
Mitos, Manfaat, dan Penggunaan. Oleh karena itu, dalam masyarakat Jawa, pohon dewandaru menjadi kaya akan mitos. Mulai dari legenda mengenai asal-usulnya hingga manfaat magisnya sebagai kayu yang memiliki kekuatan mistis, keindahan, dan keberuntungan.
Secara khusus, kayu dewandaru sering digunakan untuk membuat aksesori seperti tasbih, gelang, batu akik, dan kalung. Beberapa mitos terkait pohon dan kayu dewandaru meliputi:
Kayu Dewandaru (Eugenia uniflora), sering dipercayai memiliki kekuatan mistis dan berenergi positif.
Pohon dewandaru ditanam oleh Sunan Nyamplungan, anak dari Sunan Muria, setelah mendapatkannya dari Cina.
Seorang yang bernama Dewandaru menjadi objek perselisihan antara Kurawa dan Pandawa karena dianggap sebagai kunci untuk menguasai dunia. Karena pertikaian ini tidak bisa diatasi, orang tersebut berubah menjadi pohon.
Kayu dewandaru diandalkan sebagai sarana untuk mencapai tingkat kesempurnaan dalam ilmu kanuragan.
Meskipun memiliki manfaat untuk pengasihan, meningkatkan daya tarik, dan melindungi dari gangguan gaib.
Khasiat Tasbih Kayu Dewandaru
Berikut adalah beberapa manfaat dan keberkahan dari tasbih kayu Dewandaru:
• Mampu meningkatkan daya tarik personal, memperkuat kharisma, dan melindungi dari gangguan makhluk gaib.
• Tasbih kayu Dewandaru sangat sesuai digunakan saat melakukan wirid dalam periode menjalani lelaku atau tirakat.
• Tasbih kayu Dewandaru juga cocok untuk individu yang bekerja sebagai pedagang, sebagai alat untuk memperoleh daya tarik pelanggan dan keberuntungan dalam usaha.
• Air rendaman dari tasbih kayu Dewandaru, jika diminum, dapat digunakan untuk pengobatan dan meredakan efek racun atau gigitan ular.
• Dapat diaplikasikan sebagai alat untuk membantu menyembuhkan individu yang mengalami kesurupan.
• Air rendaman dari tasbih kayu Dewandaru dapat digunakan sebagai tinta untuk pembuatan rajah oleh praktisi supranatural.
• Dapat digunakan sebagai sarana untuk meningkatkan keberanian dan memperkuat rasa percaya diri.
• Memiliki kemampuan untuk mengusir binatang buas serta merawat luka akibat gigitan ular berbisa.
• Aroma alami kayu Dewandaru diyakini dapat membantu mencapai tingkat kesempurnaan dalam ilmu kanuragan.
• Kayu Dewandaru bisa dijadikan sebagai bahan bakar seperti dupa untuk menarik benda-benda pusaka dari dunia gaib.
Sejarah kayu Dewandaru bermula dari Sunan Nyamplungan yang membawa kayu Dewandaru dalam bentuk tongkat alam yang diberikan oleh ayahnya, yaitu Sunan Muria, ke Pulau Karimun Jawa.
Penutup
Demikianlah pembahasan exponesia.id mengenai ciri dan khasiat Tasbih Kayu Dewandaru. Tasbih kayu Dewandaru tak hanya menjadi alat ibadah yang mendekatkan kita pada aspek spiritual, tetapi juga membawa manfaat lain yang nyata dan holistik bagi kehidupan kita.
Dari segi fisik, kayu Dewandaru dikenal memiliki kandungan senyawa yang berpotensi meningkatkan kesehatan dan vitalitas. Sementara dari segi emosional dan psikologis, energi positif yang diyakini ada dalam kayu ini bisa membantu menenangkan pikiran dan jiwa.
Tasbih ini bukan sekadar aksesori, melainkan sarana multi-fungsi yang menggabungkan keindahan, kegunaan, dan spiritualitas.
Dengan pemahaman dan penghargaan terhadap ciri dan khasiat Tasbih Kayu Dewandaru, kita bisa memanfaatkannya secara maksimal untuk kesejahteraan diri kita dan orang-orang di sekitar kita.
Akhirnya, keberlanjutan dari penggunaan kayu Dewandaru juga menunjukkan komitmen kita terhadap pelestarian alam. Dengan memilih tasbih ini, kita juga ikut berpartisipasi dalam menjaga keseimbangan ekosistem dan keanekaragaman hayati.
Tasbih kayu Dewandaru adalah lebih dari sekedar tasbih; ia adalah simbol dari keharmonisan antara manusia, alam, dan Tuhan Yang Maha Esa.
anda