Exponesia.id – Lirik Ladrang Asmaradana Ciptaan Ki Nartosabdo : Pembahasan Sejarahnya. Lirik Ladrang Asmaradana Ciptaan Ki Nartosabdo adalah sebuah karya seni Indonesia yang memukau dan mengagumkan. Artikel ini akan membahas setiap aspek dari keindahan ciptaan ini, mulai dari asal-usulnya hingga makna budayanya.
Untuk benar-benar menghargai Lirik Ladrang Asmaradana Ciptaan Ki Nartosabdo, kita harus memahami asal-usulnya. Karya ini diciptakan oleh Ki Nartosabdo, seorang tokoh legendaris dalam seni dan budaya Indonesia. Hubungannya yang mendalam dengan tradisi-tradisi Indonesia menjadi landasan kuat bagi keindahan karya ini.
Ki Nartosabdo menciptakan Lirik Ladrang Asmaradana untuk menghadirkan nuansa seni yang unik, menggabungkan elemen-elemen seni yang berbeda untuk menciptakan pengalaman yang unik dan memukau.
Lirik Ladrang Asmaradana Ciptaan Ki Nartosabdo
Berikut adalah Lirik Ladrang Asmaradana Ciptaan Ki Nartosabdo yang secara lengkap :
Ganda arum cahyane angenguwung
Cundhuk kembang menur
kalung sekar melati
Bregas karya pinulas
Kadya golek kencanane
Tembene kang amulat
Temah nandhang asmara
Anjasmara ari mami
Mas mirah kulaka warta
Dasihmu tan wurung layon
Aneng kutha Prabalingga
Prang tandhing Urubisma
Kariya mukti wong ayu
Pun kakang pamit palastra
Wus begjane awak mami
Tan tulus mangestuning dyah
Dhasar gembeng tur acingeng
Aja gawe wirang Bisma
Mara ge patenana
Eman-eman wong abagus
Yen kongsi tumeking lena
Iba dukaning narpati
Ratu Ayu Majalengka
Yen sira nemahi layon
Paran matur manira
Mbenjang yen ingsun kepanggya
Mangka pepulihing duka
Sira sun anggep pangarih
Murih careming asmara
Mariya nggonku wiraga
Prabu Kenya nuli prapta
Nusul nggoningsun nendra
Sun kudang aneng jinem rum
Sun rungrum amanuhara
A. Biografi Ki Nartosabdo
Ki Nartosabdo lahir di Klaten pada tanggal 25 Agustus 1925 dan berpulang di Semarang pada tanggal 7 Oktober 1985 saat usianya menginjak 60 tahun. Ia merupakan seorang seniman musik dan dalang wayang kulit legendaris yang berasal dari Jawa Tengah, Indonesia. Ki Manteb Soedharsono, seorang dalang ternama, mengakui bahwa Ki Nartosabdo adalah dalang wayang kulit terbaik yang pernah ada di Indonesia, dan prestasinya belum tergantikan hingga saat ini.
Ki Nartosabdo memiliki nama asli Soenarto dan merupakan putra dari Partinoyo, seorang perajin sarung keris. Kehidupan masa kecilnya penuh kekurangan, sehingga ia terpaksa harus putus sekolah dari Standaard School Muhammadiyah atau SD 5 tahun.
Keterbatasan ekonomi yang dihadapi oleh Ki Nartosabdo mendorongnya untuk mencari nafkah dengan mengembangkan bakat seni yang dimilikinya. Ia pernah mencoba menjadi seorang pelukis dan juga bermain biola dalam orkes keroncong Sinar Purnama. Bakat seni ini semakin berkembang ketika ia menerima pendidikan di Lembaga Pendidikan Katolik.
Pada tahun 1945, Ki Nartosabdo berkenalan dengan Ki Sastrosabdo, pendiri grup Wayang Orang Ngesti Pandowo. Ki Sastrosabdo menjadi gurunya dalam dunia pedalangan, dan berkat kontribusinya yang besar bagi grup tersebut, Ki Nartosabdo diberi gelar tambahan “Sabdo” di belakang nama aslinya pada tahun 1948. Sejak saat itu, ia dikenal sebagai Nartosabdo.
Meskipun berasal dari Jawa Tengah, Ki Nartosabdo membuat penampilan pertamanya sebagai dalang di Jakarta, tepatnya di Gedung PTIK pada tanggal 28 April 1958. Penampilannya tersebut disiarkan langsung oleh RRI dan menampilkan lakon Kresna Duta. Meskipun awalnya merasa panik karena pekerjaannya sebelumnya adalah pengendhang grup Ngesti Pandowo, penampilan perdana ini menjadikan nama Ki Nartosabdo semakin dikenal.
Sejak masa remajanya, Ki Nartosabdo telah mengagumi para dalang ternama seperti Ki Ngabehi Wignyosoetarno dari Sala dan Ki Poedjosoemarto dari Klaten. Ia juga rajin membaca berbagai buku klasik. Ketika Kepala Studio RRI saat itu, Sukiman, menawari Ki Nartosabdo untuk mendalang, Ki Nartosabdo mulai mempertunjukkan keterampilannya di PTIK.
Prestasi Ki Nartosabdo segera membuat namanya terkenal. Ia mendapat kesempatan untuk mendalang di berbagai kota seperti Solo, Surabaya, Yogya, dan banyak lainnya. Selain itu, ia menciptakan berbagai cerita seperti Dasa Griwa, Mustakaweni, Ismaya Maneges, Gatutkaca Sungging, Gatutkaca Wisuda, Arjuna Cinoba, Kresna Apus, dan Begawan Sendang Garba. Semua pencapaiannya ini didapatkan melalui belajar secara mandiri, tidak seperti dalang-dalang lain yang umumnya mewarisi profesi mereka dari keluarga atau mendapat wahyu.
Ki Nartosabdo sering menerima kritik karena penampilannya yang sering kali berbeda dari pakem tradisional, termasuk penggunaan humor dalam adegan keraton yang biasanya kaku dan formal. Namun, kritik tersebut tidak membuatnya gentar, malah mendorongnya untuk terus berkarya.
Pada tahun 1980-an, Ki Nartosabdo menjadi pembaharu dalam dunia pedalangan. Ia memperkenalkan gending-gending ciptaannya yang membuat beberapa dalang senior merasa terancam. Bahkan beberapa stasiun RRI di beberapa kota memboikot karyanya. Meskipun demikian, Ki Nartosabdo mendapatkan dukungan dari kalangan dalang muda yang ingin melihat pembaharuan dalam seni wayang yang lebih fleksibel dan tidak kaku.
Selain sebagai seorang dalang terkenal, Ki Nartosabdo juga dikenal sebagai pencipta lagu-lagu Jawa yang sangat produktif. Melalui grup karawitan bernama Condong Raos yang ia dirikan, ia menciptakan sekitar 319 judul lagu (lelagon) atau gending, seperti Caping Gunung, Gambang Suling, Ibu Pertiwi, Klinci Ucul, Prau Layar, Ngundhuh Layangan, Aja Diplèroki, dan Rujak Jeruk.
B. Karir Ki Nartosabdo
Karir Ki Nartosabdo mencakup berbagai peran dan pencapaian yang luar biasa dalam dunia seni dan budaya Jawa. Berikut adalah beberapa aspek dari karirnya yang patut dicermati:
- Pembuat Seruling:
Sebelum meraih ketenaran sebagai dalang wayang kulit, Ki Nartosabdo memiliki pengalaman sebagai pembuat seruling. Keterampilan ini adalah salah satu dari banyak bakatnya yang ia kembangkan dalam mencari nafkah di masa muda. - Pengantar Susu:
Sebagai seorang yang tumbuh dalam keluarga yang serba kekurangan, Ki Nartosabdo juga pernah bekerja sebagai pengantar susu. Pengalaman ini mencerminkan semangat kerja kerasnya sejak usia dini untuk mendukung keluarganya. - Pengusaha Wayang Kulit:
Ki Nartosabdo tidak hanya menjadi seorang dalang, tetapi juga seorang pengusaha dalam dunia wayang kulit. Ia memiliki peran dalam mengembangkan seni wayang kulit di Indonesia dan turut aktif dalam mempromosikannya. - Pemain dan Pemimpin Grup Wayang Orang Ngesti Pandowo:
Sebelum menjadi seorang dalang terkenal, Ki Nartosabdo adalah seorang pemain dalam grup Wayang Orang Ngesti Pandowo. Ia juga kemudian memegang peran sebagai pemimpin grup tersebut. Pengalamannya di dalam grup ini membantunya memahami lebih dalam seni wayang. - Dalang:
Ki Nartosabdo dikenal sebagai salah satu dalang terbaik dalam sejarah seni wayang kulit Jawa. Ia mencapai ketenaran dalam bidang ini dan membawa inovasi serta pembaharuan dalam pertunjukan wayang kulit. Kemampuannya dalam memerankan berbagai karakter dalam lakon-lakon tradisional wayang menjadi bagian penting dari warisan budaya Jawa. - Pencipta Lagu-lagu Keroncong dan Langgam:
Selain menjadi seorang dalang, Ki Nartosabdo juga memiliki bakat dalam mencipta lagu-lagu keroncong dan langgam. Beberapa lagu ciptaannya yang terkenal mencakup Swara Suling, Ibu Pertiwi, Cluntang Binangun, Glopa-glape, Turi-turi Putih, Lumbung Desa, Lesung Jumengglung, Saputanganmu, Ayo Praon, Aja Lamis, dan Tahu-tahu Tempe. Karyanya dalam bidang musik ini juga menjadi bagian tak terpisahkan dari warisan seni dan budaya Indonesia.
Penutup
Sebagai penutup, Ladrang Asmaradana, ciptaan Ki Nartosabdo, merupakan sebuah permata dalam harta budaya Jawa yang patut dijaga dan diselamatkan. Kita dapat belajar banyak dari pesan yang terkandung dalam lirik ini, serta memahami betapa pentingnya seni dalam menyampaikan makna dan keindahan dalam kehidupan kita. Semoga karya ini terus mempesona dan menginspirasi banyak generasi di masa yang akan datang.
Itu saja uraian secara lengkap yang bisa exponesia.id bahas mengenai Lirik Ladrang Asmaradana Ciptaan Ki Nartosabdo. Semoga bermanfaat