Exponesia.id – Cara Mengamalkan Hizib Sakron : Pahami dengan Baik. Cara Mengamalkan Hizib Sakron adalah praktik mistik Islam yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Ini melibatkan membaca doa-doa tertentu, permohonan, dan ayat-ayat dari Al-Quran untuk mencari pencerahan spiritual dan perlindungan. Praktik ini berakar pada keyakinan bahwa dapat membawa individu lebih dekat kepada yang Ilahi dan menawarkan manfaat spiritual yang mendalam.
Dalam panduan ini, kami akan menjelajahi kompleksitas Cara Mengamalkan Hizib Sakron, memecah langkah-langkahnya, dan memberikan wawasan berharga untuk membantu Kalian memulai perjalanan sakral ini. Apakah Kalian seorang pemula atau seseorang dengan pengalaman sebelumnya, tujuan kami adalah memberikan sumber daya komprehensif yang mendalamkan pemahaman Kalian dan meningkatkan praktik Kalian.
Pengertian Hizib Sakron
Hizib Sakron adalah sebuah praktik wirid yang memiliki makna mendalam dalam tradisi spiritual Islam. Istilah “Hizib Sakron” terdiri dari dua kata, yaitu “hizb” yang berarti wirid, kelompok, atau golongan, dan “sakron” yang berasal dari kata “sakira-yaskaru” yang berarti mabuk. Gabungan kata ini mencerminkan pengalaman spiritual yang mendalam dan penuh kecintaan kepada Allah SWT.
Hizib Sakron ini merupakan salah satu praktik wirid khas yang diamalkan di dalam Tariqah Alawiyyin, sebuah aliran atau tarekat dalam Islam. Wirid ini berhubungan erat dengan manakib ṣahibul wirid dari Syekh Abu Bakar al-Saqqaf al-Sakran. Penamaan “Hizib Sakron” diambil dari gelar yang diberikan kepada Syekh Abu Bakar al-Saqqaf al-Sakran, yaitu “As-Sakran” yang berarti “mabuk.”
Gelar ini tidak merujuk pada keadaan mabuk alkohol atau zat-zat terlarang, melainkan pada keadaan spiritual di mana seseorang merasakan cinta dan kehadiran Allah SWT dengan sangat mendalam. Dalam konteks ini, “mabuk” menggambarkan tingkat kecintaan dan pengabdian yang begitu tinggi sehingga seseorang merasa seperti dalam keadaan mabuk oleh kehadiran ilahi.
Meskipun tidak ada ketentuan khusus mengenai waktu yang tepat untuk membaca Hizib Sakron, praktik ini biasanya dilakukan setelah sholat fardhu. Hal ini menunjukkan bahwa Hizib Sakron adalah salah satu cara bagi para penganut Tariqah Alawiyyin untuk memperkuat hubungan spiritual mereka dengan Allah SWT setelah melaksanakan ibadah pokok dalam Islam.
Khasiat Hizib Sakron
Hizib Sakron memang terkenal karena memiliki banyak khasiat dan manfaat yang luar biasa. Amalan ini telah dikenal luas sebagai sarana untuk melindungi diri dari berbagai gangguan dan kejahatan yang dapat datang dari berbagai jenis mahluk, baik itu Jin maupun Manusia, termasuk serangan ilmu hitam seperti santet, teluh, dan guna-guna.
Berikut ini adalah beberapa manfaat dan khasiat yang dapat diperoleh dari mengamalkan Hizib Sakron:
1. Melindungi Diri dari Gangguan Makhluk Ghaib
Orang yang istiqomah dalam mengamalkan Hizib Sakron akan merasakan perlindungan dari gangguan makhluk halus. Mereka tidak akan mudah terpengaruh atau dirasuki oleh makhluk ghaib yang mungkin ada di sekitar mereka, termasuk yang dikirim oleh orang dengan niat jahat.
2. Mengatasi Serangan Ilmu Hitam
Salah satu keunggulan besar Hizib Sakron adalah kemampuannya untuk melindungi diri dari serangan ilmu hitam. Ini mencakup santet, teluh, guna-guna, dan berbagai bentuk sihir lainnya. Bahkan, Hizib Sakron dapat mengembalikan serangan ilmu hitam kepada pengirimnya, menjadikannya alat pertahanan yang kuat.
3. Mempermudah Urusan
Hizib Sakron juga memiliki manfaat untuk mempermudah berbagai urusan seseorang, tergantung pada niatnya. Misalnya, seseorang dapat mengamalkan Hizib Sakron untuk memperlancar bisnisnya, meraih jabatan tinggi, mencapai cita-cita, atau menyelesaikan masalah yang sulit. Ini adalah sarana spiritual yang dapat membantu seseorang meraih kesuksesan dalam berbagai aspek kehidupannya.
4. Meningkatkan Wibawa dan Kharisma
Orang yang secara konsisten mengamalkan Hizib Sakron akan merasakan peningkatan wibawa dan kharisma dalam diri mereka. Mereka akan memancarkan aura yang memikat dan dihormati oleh banyak orang. Ini bisa sangat berguna dalam berbagai situasi, termasuk dalam interaksi sosial dan profesional.
Selain manfaat-manfaat yang luar biasa ini, yang membuat Hizib Sakron semakin menarik adalah kemudahan dalam praktiknya. Tidak diperlukan puasa atau laku tirakat yang berat, sehingga siapa pun dapat mempraktikkannya dengan relatif mudah. Namun, perlu diingat bahwa kesungguhan dan niat yang tulus dalam mengamalkannya sangat penting untuk meraih manfaat sejati dari Hizib Sakron.
Cara Mengamalkan Hizib Sakron
Berikut ini tata Cara Mengamalkan Hizib Sakron dengan baik dan benar :
1. Baca Hizib Sakron 3x setiap malam setelah selesai melakukukan sholat isya.
2. Sebelum membaca Hizib ini sebaiknya awali dengan tawassul kepada Nabi Muhammad SAW, Nabi Ilyas, Syekh Maulana Ilyas dan Habib Ali bin Abu Bakar As-Sakran. Masing-masing Al-Fatihah 1x.
3. Untuk memagari rumah dari gangguan mahluk ghaib dan serangan ilmu hitam bisa menggunakan media garam kasar yang dibacakan Hizib Sakron sebanyak 3x kemudian ditaburkan disekeliling rumah.
- Lafadz Arab Hizib Sakron:
بسم الله الرحمن الرحيم. اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَحْتَطْتُ بِدَرْبِ اللَّهِ، طُوْلُهُ مَاشَاءَ اللَّهُ، قُفْلُهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ، بَابُهُ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَقْفُهُ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ. أَحَاطَ بِنَا مِنْ أَحَاطَ بِنَا مِنْ بِسْمِ الله الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ, الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ, الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ, مَالِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ,إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ, إِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ, صِرَاطَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضَّآلِّيْنَ
(سُوْرٌ 3×)
وَآيَاتُهُ
الله لآإِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ, لاَتَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلاَنَوْمٌ, لَهُ مَافِي السَّمَاوَاتِ وَمَافِي الأَرْضِ, مَنْ ذَاالَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلاَّ بِإِذْنِهِ, يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيْهِمْ وَمَاخَلْفَهُمْ, وَلاَيُحِيْطُوْنَ بِشَيْئٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلاَّ بِمَاشَاءْ, وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ وَلاَ يَؤُوْدُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيْمُ
بِنَا اسْتَدَارَتْ كَمَا اسْتَدَارَتِ الْمَلاَئِكَةُ بِمَدِيْنَةِ الرَّسُوْلِ بِلاَ خَنْدَقٍ وَلاَ سُوْرٍ مِنْ كُلِّ قَدَرٍ مَقْدُوْرٍ وَحَذَرٍ مَحْذُوْرٍ وَمِنْ جَمِيْعِ السُّرُوْرِ
(تَتَرَّسْـنَا بِالله 3×)
مِنْ عَدُوِّنَا وَعَدُوِّ اللَّهِ مِنْ سَاقِ عَرْشِ الله إِلَى قَاعِ أَرْضِ الله صِنْعَتُهُ لاَ تَنْقَطِعُ بِأَلْفِ أَلْفِ أَلْفِ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِالله الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ, عَزِيْمَتُهُ لاَ تَنْشَقُّ بِأَلْفِ أَلْفِ أَلْفِ لاَحَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِالله الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ,
اللَّهُمَّ إِنْ أَحَدٌ أَرَادَنِيْ بِسُوْءٍ مِنْ الْجِنِّ وَالإِنْسِ وَالْوُحُوْشِ، وَغَيْرٍِهِمْ مِنْ سَائِرِ الْمَخْلُوْقَاتِ مِنْ بَشَرٍ أَوْ شَيْطَانٍ أَوْ شَيْطَانٍ أَوْ وَسْوَاسٍ فَارْدُدْ نَظَرَهُمْ فِيْ انْتِكًاسٍ وَقُلُوْبُهُمْ فِيْ وَسْواَسٍ وَأَيْدِيَهُمْ فِي إِفْلاَسٍ وَأَوْبِقْهُمْ مِنَ الرِّجْلِ إِلَى الرَّأْسِ لاَ فِيْ سَهْلٍ يَقْطَعُ وَلاَ فِيْ جَبَلٍ يَطْلَعُ بِمِئَةِ أَلْفِ أَلْفِ أَلْفِ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَصَلَّى الله عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ وَالْحَمْدُ للَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
- Bacaan Latin Hizib Sakron:
“Allahumma inni ahtath-tu bidarbillahi, thuu luhu maasyaa’Allahu, qufluhu laa ilaaha illaLLahu. baabuhu Muhammadurrasuulullahi shallallahu ‘alaihi wa aalihii wasallama, saqfuhu laa hawla walaa quwwata illaa billahil ‘aliyyil ‘adziimi, ahaathi binaa min (Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, arrahmanirrahim, maliki yaumiddin, iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in, ihdinas siratal mustaqim, siratalladzina an’amta ‘alaihim ghairil maghdlubi ‘alaihim wa laddhallin).
Suurun suurun surr, wa ayatu (Allahu laa ilaaha illaa huwal hayyul qoyyuum, laa ta’khudzuhuu sinatuw walaa naum. Lahuu maa fissamaawaati wa maa fil ardli man dzal ladzii yasyfa’u ‘indahuu illaa biidznih, ya’lamu maa baina aidiihim wamaa kholfahum wa laa yuhiithuuna bisyai’im min ‘ilmihii illaa bimaa syaa’ wasi’a kursiyyuhus samaawaati wal ardlo walaa ya’uuduhuu hifdhuhumaa wahuwal ‘aliyyul ‘adhiim) binaas tadaarat kamastadaa ratilmalaa’ikatu bihadiynatir-rasuuli, bilaa khandaqi walaa suuri, min-kulli qoda rimaqduuri, wahadzari mahdzuuri, wa min jamii’its-tsuruur.
- Tatarrasnaa billah 3x
Min ‘aduwwinaa wa ‘aduwwillahi min saaqi’ar syillahi ila qoo’I ardhillahi bihi ‘ati alfi alfi alfi la hawla walaa quwwata illa billahil ‘aliyyil adziim.
‘Adziimatuhu laa tansyaqqu bihi ‘ati alfi alfi alfi la hawla walaa quwwata illa billahil ‘aliyyil adziim.
Allahumma in ahadu araadanii bisuu’I minal jinni wal insi wal wuhuusyii, waghairi him min saa’iril makhluuqaa ti min basyarin awsyaythooni au sulthooni au waswasin faar dud nadharohum fiintikaa si waquluu buhum fi waswaasin wa aydiihum fii iflaasi wa aubiqhum minarrijli ilaarraa’sy. laa fii sahlin yaqtho’u walaa fii jabalin yathla’u bimii ‘ati alfi alfi alfi la hawla walaa quwwata illa billahil ‘aliyyil adziim. wa shallallahu ‘ala sayyidina Muhammadin wa’ala alihi wasallam.
Subhaana rabbika rabbil ‘izati ‘ammaa yashifuun. wasalaamun ‘ala mursaliin. walhamdulillahirabbil ‘alamiin. fikulli lahdhotin adada. ‘Adada khalqihi wa ridho nafsihii wa dzinata ‘arsyihii wa midaada kalimatihii”
- Artinya:
“Wahai ALLAH aku berlindung dan membentengi diriku dengan pemeliharaan ALLAH, yang panjangnya menurut kehendak ALLAH (tiada terbatas panjangnya, sepanjang usia, makanan, minuman, ucapan, panca indra, perasaan dan lainnya pada diriku.
Kuncinya adalah Laa ilaaha illallah (sebagaimana benteng mestilah memiliki kunci yang kuat, dan kunci benteng pagar ALLAH ini adalah kekuatan Laa ilaaha illallah).
Dan gerbangnya adalah Muhammad Rasulullah SAW (setiap musuh yang akan menyerang akan berhadapan dengan Rasulullah SAW, maka jadilah musuhku adalah musuh Nabi SAW).
Atapnya adalah Laa haula wala quwwata illa billah (atap adalah yang menaungi dari panas dan hujan, dan atap dalam doa ini yang dimaksud adalah takdir yang akan turun kepadaku, kupayungi dengan tiada daya dan upaya terkecuali dengan kekuatan ALLAH.
Membentengiku (Dengan menyebut nama ALLAH Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi ALLAH, Tuhan seluruh alam. Yang Maha Pengasih, lagi Maha Penyayang. Pemilik hari pembalasan. Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang lurus. {yaitu} jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya, bukan {jalan} mereka yang dimurkai, dan bukan {pula jalan} mereka yang sesat).
Terjagalah.. terjagalah.. terjagalah.. demi ayat (ALLAH, tidak ada Tuhan selain Dia. Yang Maha Hidup, Yang terus menerus mengurus {makhluk-Nya}, tidak mengantuk dan tidak tidur. Milik-Nya apa yang ada dilangit dan apa yang ada dibumi. Tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya. Dia mengetahui apa yang dihadapan mereka dan apa yang dibelakang mereka, dan mereka tidak mengetahui sesuatu apapun tentang ilmu-Nya melainkan apa yang Dia kehendaki. Kursi-Nya meliputi langit dan bumi. Dan Dia tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Dia Maha Tinggi, Maha Besar).
Kami memohon perlindungan sebagaimana para Malaikat membentengi Madinah sang Nabi SAW, perlindungan yang tak membutuhkan parit dan dinding, dari segala ketentuan yang tak menguntungkan, ancaman segala yang mengancam, dan dari segala kejahatan.
Kami berlindung kepada ALLAH.., Kami berlindung kepada ALLAH.., Kami berlindung kepada ALLAH.., dari musuh musuh kami dan musuh musuh ALLAH, (perlindungan yang segera turun langsung) dari kaki Arsy ALLAH kepada hamparan bumi ALLAH, demi seribu ribu ribu Laa Haula wala quwwata illa billah, Perbuatan-Nya tak akan terhalangi, demi seribu ribu ribu Laa Haula wala quwwata illa billah,
Penjagaan-Nya tak akan bisa ditembus, demi seribu ribu ribu Laa Haula wala quwwata illa billah,
Wahai ALLAH jika ada seseorang yang menghendaki atasku kejahatan dari golongan Jin, Manusia dan binatang buas, dan dari segenap makhluk lainnya, dari golongan Manusia, Syaitan, Penguasa, atau godaan ancaman lainnya, maka tolaklah pandangan mereka tertunduk, dan jiwa mereka dalam kerisauan, dan kedua tangan mereka dengan kesialan dan kerugian (ketika akan mencelakakanku),
Dan pendamkan mereka dari kaki hingga kepalanya (dalam kelemahan dan kegagalan dalam mencelakakanku), (dimanapun mereka berada) apakah di lembah yang sedang mereka lewati, atau digunung yang sedang mereka daki, demi seribu ribu ribu Laa Haula wala quwwata illa billah”.
Kesimpulan
Sebagai penutup dari exponesia.id, cara mengamalkan Hizib Sakron memang membutuhkan kedisiplinan, ketekunan, dan keyakinan yang kuat. Selain itu, penting untuk selalu mengkonsultasikan niat dan metode Kalian dengan ulama atau ahli agama yang terpercaya. Praktik spiritual ini bukan hanya sekadar bacaan atau mantra, tetapi sebuah bentuk ibadah yang mengharuskan keseriusan dan keikhlasan.
Dengan mengamalkan Hizib Sakron dengan cara yang benar dan sesuai syariat, Kalian bisa memperoleh manfaatnya, baik dari segi dunia maupun akhirat. Semoga artikel ini bermanfaat dan bisa menjadi panduan dalam perjalanan spiritual Kalian.