Exponesia.id – Hamzah Washal dan Hamzah Qatha’ : Penjelasan Lengkap. Seni dan sastra menjadi wadah yang memungkinkan manusia untuk menyampaikan pemikiran, perasaan, dan pandangan hidup mereka. Dalam dunia sastra Arab, dua nama yang mencuat sebagai pencerahan bagi penggemar karya-karya indah adalah Hamzah Washal dan Hamzah Qatha’. Keduanya, dengan gaya penulisan unik dan khas, telah meninggalkan jejak yang tak terlupakan dalam warisan sastra Arab.
Hamzah Washal, seorang penyair dan penulis berbakat, mengukir namanya dalam sejarah sastra Arab melalui puisi-puisi yang penuh dengan keindahan bahasa dan kedalaman makna. Sementara itu, Hamzah Qatha’, dengan karya-karyanya yang sarat akan filosofi hidup, membawa pembaca untuk merenung tentang makna eksistensi dan perjalanan manusia dalam dunia ini.
Artikel ini akan mengulas lebih jauh tentang kontribusi Hamzah Washal dan Hamzah Qatha’ dalam dunia sastra Arab, menyoroti karya-karya mereka yang menggugah pikiran dan menyentuh hati. Melalui perjalanan ini, kita akan menemukan keajaiban bahasa dan kebijaksanaan dalam kata-kata mereka yang tetap relevan hingga hari ini.
A. Hamzah Washal (هَمْزَةُ الْوَصْلِ)
Hamzah washal adalah tambahan Hamzah pada awal kata yang tetap terbaca (berharakat) ketika dimulai dan gugur (tidak terbaca) saat berada di tengah kata. (at-Tajwidul-Muyassar/145)
Jadi, hamzah washal hanya ditemukan di awal kata, memiliki bentuk mirip alif, dan akan terbaca ketika muncul di permulaan kata. Namun, hamzah washal akan lebur (tidak terbaca) ketika berada di tengah kalimat.
Untuk mengidentifikasi hamzah washal pada mushaf dari Timur Tengah, ia dicetak dengan tanda baca kepala huruf sad kecil berekor (ٱ), seperti yang terlihat pada lafadz:
ٱلْحَمْدُ لِلَّٰهِ رَبِّ ٱلْعَالَمِينَ
Sedangkan pada mushaf terbitan Indonesia tercetak dengan ada harakat fathah/kasrah/dammah ( اَ اِ اُ ) , sebagai
contoh:
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
B. Hamzah Qatha’
Hamzah qatha’ adalah hamzah yang tetap dibaca ketika di awal, ditengah ataupun di akhir bacaan serta berada di awal, tengah dan akhir isim.
1. Hamzah pada fi’il madhi tsulatsi
Contoh:
أَكَلَ – أَخَذَ – أَمَرَ
2. Hamzah fi’il madhi rubai’i
Contoh:
أَحْسَنَ – إِحْسَانًا – أَكْرَمَ – إِكْرَامًا
3. Seluruh isim selain isim yang sepuluh
Contoh:
أَخٌ – أُخْتٌ – أَمِيْرٌ
4. Huruf
Contoh:
أَوْ – أَنْ – إِنْ – إِلَى
Penulisan Hamzah
Penulisan hamzah memang memerlukan perhatian khusus dalam ilmu tajwid. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai penulisan hamzah:
1. Hamzah di Awal Kata
Hamzah yang berada di awal kata ditulis dalam bentuk alif. Contoh-contoh penulisan hamzah di awal kata adalah seperti pada kata-kata berikut:
أَنْعَمْتَ
اَلْاَنْهَارُ
اِبْنٌ
2. Hamzah di Tengah Kata
Penulisan hamzah di tengah kata disesuaikan dengan harakat pada hamzah dan huruf sebelumnya. Urutan harakat terkuat antara hamzah dan huruf sebelumnya adalah kasrah, dhammah, fathah, dan sukun.
- Ditulis dalam bentuk alif jika mengacu pada harakat fathah.
- Ditulis dalam bentuk ya’ jika mengacu pada harakat kasrah.
- Ditulis dalam bentuk wau jika mengacu pada harakat dhammah.
Contoh penulisan hamzah di tengah kata:
سَأَلَ
سُئِلَ
سُؤَالٌ
3. Hamzah di Akhir Kata
Hamzah yang berada di akhir kata dan sebelumnya adalah huruf sukun ditulis dalam bentuk mufradah atau seperti kepala ‘ain. Contoh penulisan hamzah di akhir kata:
إِلْءٌ
مَاءٌ
سُوْءٌ
شَيْءٌ
4. Hamzah Bertanwin Fathah
Hamzah bertanwin fathah dibubuhi alif apabila huruf sebelum hamzah bisa disambungkan. Sebaliknya, tidak ada alif jika huruf sebelumnya tidak bisa disambungkan.
Contoh:
شَيْئًا
Dengan memahami aturan-aturan tersebut, pembaca dapat lebih memahami cara penulisan hamzah sesuai dengan kaidah tajwid dalam bahasa Arab.
Perbedaan Hamzah Washal dan Hamzah Qatha
Hamzah washal dan hamzah qatha’ adalah dua jenis hamzah dalam ilmu tajwid yang memiliki perbedaan dalam penggunaan dan penulisan. Berikut adalah perbedaan antara keduanya:
1. Letak dan Penggunaan
Hamzah Washal:
- Hanya berada di awal kata.
- Hanya dibaca ketika berada di awal kalimat.
Hamzah Qatha’:
- Bisa berada di depan, tengah, atau akhir kata.
- Dapat dibaca di mana pun ia berada, tidak terbatas pada posisi awal kalimat.
2. Penulisan pada Mushaf Terbitan Indonesia
Hamzah washal dan qatha’ pada mushaf terbitan Indonesia tercetak dengan harakat, menunjukkan cara membacanya.
3. Penulisan pada Mushaf Terbitan Timur Tengah
Pada mushaf terbitan Timur Tengah, hamzah qatha’ dan washal tercetak dengan tanda kepala ain kecil untuk hamzah qatha’, dan kepala sad berekor untuk hamzah washal. Tanda tersebut membantu pembaca untuk membedakan jenis hamzah ini.
Perbedaan ini menunjukkan bahwa hamzah washal memiliki keterbatasan dalam posisi dan pembacaannya, sementara hamzah qatha’ memiliki fleksibilitas dalam penempatan dan pembacaan. Penulisan pada mushaf juga dapat bervariasi untuk memudahkan pemahaman dan penggunaan hamzah tersebut dalam membaca Al-Qur’an. Sebaiknya, pembaca disarankan untuk merujuk pada mushaf yang digunakan dan memahami aturan-aturan tajwid yang berkaitan dengan hamzah washal dan qatha’ sesuai dengan metode pembacaan yang dianjurkan. Wallahu a’lam.
Penutup
Dalam kesimpulan dari exponesia.id ini, peran Hamzah Washal dan Hamzah Qatha dalam perkembangan dunia seni dan budaya telah meninggalkan jejak yang tak terhapuskan. Keduanya bukan hanya seniman yang berbakat, tetapi juga pionir yang menginspirasi generasi-generasi selanjutnya. Dengan karya-karya mereka, mereka telah membawa nuansa baru dan mendalam dalam dunia seni, memberikan warna yang berbeda dan berharga.
Sebagai penutup, mari kita terus menghargai dan mendukung para seniman seperti Hamzah Washal dan Hamzah Qatha, yang telah memberikan kontribusi besar dalam memperkaya warisan seni dan budaya kita. Semoga karya-karya mereka terus menginspirasi dan memotivasi kita untuk terus berkembang dalam menciptakan, mengapresiasi, dan merayakan keindahan dunia seni.