Exponesia.id – Ketahui, Karomah Abah Guru Sekumpul : Pembahasan Lengkap. Karomah Abah Guru Sekumpul, sebuah istilah yang dikelilingi oleh misteri dan penghormatan, adalah konsep yang telah memikat banyak orang. Artikel ini menggali lebih dalam esensi Karomah Abah Guru Sekumpul, mengungkap maknanya yang mendalam, dan pengalaman-pengalaman luar biasa yang terkait dengannya. Bergabunglah bersama kami dalam perjalanan pencerahan ini saat kami menjelajahi dunia mistis Karomah Abah Guru Sekumpul.
Biografi Abah Guru Sekumpul
Abah Guru Sekumpul merupakan keturunan ke-8 dari ulama besar Banjar, Maulana Syekh Muhammad Arsyad bin Abdullah Al Banjari.
Adapun silsilahnya adalah Muhammad Zaini bin Abdul Ghani bin Abdul Manaf bin Muhammad Seman bin Muhammad Sa’ad bin Abdullah bin Mufti Muhammad Khalid bin al-Alim al-Allamah al-Khalifah Hasanuddin bin Syaikh Muhammad Arsyad bin Abdullah al-Banjari.
1. Pendidikan
Ketika masih kecil, Abah Guru Sekumpul selalu dekat dengan ayah dan neneknya, yang dengan tekun memberikan pengajaran dalam pendidikan tentang tauhid dan akhlak, serta memberikan pelajaran membaca Al Quran.
Sejak usia dini, dia telah diajarkan oleh orang tuanya untuk mengabdikan diri pada ilmu pengetahuan, dan dia juga diajari untuk mencintai serta menghormati para ulama.
Selain dari nenek dan ayahnya, Abah Guru Sekumpul juga mendapatkan pembelajaran dari pamannya, yaitu Syekh Seman Mulia.
Paman tersebut memberikan pendidikan yang berharga, baik di dalam maupun di luar lingkungan sekolah. Guru Seman juga mengajak Abah Guru Sekumpul untuk mengunjungi ulama-ulama terkenal di bidang Islam, baik di Kalimantan Selatan maupun di Jawa.
Salah satu contohnya adalah ketika Guru Seman membimbing Abah Guru Sekumpul untuk belajar dari al-Alim al-Allamah Syaikh Anang Sya’rani, seorang pakar terkenal dalam bidang hadis dan tafsir.
Selama perjalanannya, Abah Guru Sekumpul menyadari bahwa pamannya adalah seorang ahli dalam hampir semua bidang ilmu Islam, tetapi dia tetap merendah dan tidak memamerkannya di depan publik.
Sikap ini menjadi teladan bagi Abah Guru Sekumpul, sehingga dia dikenal sebagai individu yang mulia, penuh kesabaran, ridha, pemberi, dan penyayang terhadap siapa pun.
2. Dakwah
Setelah menjalani berbagai perjalanan untuk memperdalam pengetahuan agama dan pendidikan, Abah Guru Sekumpul diberikan amanah untuk menjadi pengajar di Pondok Pesantren Darussalam Martapura.
Rekomendasi dari K.H. Abdul Qadir Hasan, K.H. Sya’rani Arif, dan K.H. Salim Ma’ruf membawanya menjadi pengajar di pondok pesantren tersebut.
Lima tahun berlalu, Abah Guru Sekumpul memutuskan untuk berhenti dan memulai kegiatan dakwah dengan membuka pengajian di rumahnya di Keraton Martapura.
Pada awalnya, pengajian ini hanya dimaksudkan untuk menunjang pembelajaran para santri di Pondok Pesantren Darussalam Martapura dengan fokus pada pengulangan kitab-kitab Ilmu Alat, seperti Nahwu dan Saraf.
Namun, seiring berjalannya waktu, jemaah yang menghadiri pengajiannya menjadi lebih beragam, tidak hanya terbatas pada kalangan santri, tetapi juga melibatkan masyarakat umum.
Pengajian pun berkembang dengan memasukkan kitab-kitab yang lebih beragam, mencakup fikih, tasawuf, tafsir, dan hadis.
Saat itu, Abah Guru Sekumpul juga mulai memperkenalkan Maulid al-Habsyi atau Simthud Durar karya al-Habib Ali bin Muhammad al-Habsyi.
Tidak hanya itu, dalam pengajiannya, Abah Guru Sekumpul juga memasukkan lantunan syair atau kasidah yang memuji Nabi Muhammad.
Karena pengajian di Keraton Martapura sudah tidak cukup untuk menampung jemaah yang semakin bertambah, Abah Guru Sekumpul mengambil inisiatif untuk memindahkan lokasi pengajiannya.
Pada sekitar tahun 1980-an, ia memilih wilayah Sungai Kacang sebagai tempat baru untuk rumahnya dan juga sebagai lokasi pengajian baru.
Rumah barunya diberi nama komplek Ar-Raudhah, yang diambil dari nama Ar-Raudhah di Masjid Nabawi, Madinah.
3. Wafat
Setelah dedikasinya dalam menyebarkan ajaran Islam, Abah Guru Sekumpul mengalami penyakit pada ginjalnya yang serius, sehingga ia harus dirawat di Rumah Sakit Mount Elizabeth, Singapura.
Selama sepuluh hari perawatan di Singapura, Abah Guru Sekumpul berjuang melawan penyakitnya. Namun, pada 9 Agustus 2005, dia diberikan izin untuk pulang ke tanah air.
Namun, nasib berkata lain, pada keesokan harinya, tepatnya pada 10 Agustus 2005, Abah Guru Sekumpul menghembuskan nafas terakhirnya di usia yang masih muda, yaitu 63 tahun.
Abah Guru Sekumpul dikebumikan di kompleks pemakaman keluarga yang berdekatan dengan Musala Ar Raudhah, Kalimantan Selatan.
4. Karya
Selama hidupnya, selain berperan sebagai seorang pendakwah, Abah Guru Sekumpul juga aktif dalam dunia tulis-menulis. Ia menciptakan beberapa karya yang bernilai berharga, di antaranya:
- Risalah Mubaraqah
- Manaqib Asy-Syekh As-Sayyid Muhammad bin Abdul Karim Al-Qadiri Al-Hasani As-Samman Al-Madani
- Ar-Risalatun Nuraniyah fi Syarhit Tawassulatis Sammaniyah
- Nubdzatun fi Manaqibil Imamil Masyhur bil Ustadzil a’zham Muhammad bin Ali Ba’alawy
Karya-karya ini merupakan warisan berharga yang tetap menginspirasi dan memberikan wawasan agama kepada banyak orang. Selain itu, terdapat juga buku yang menceritakan kisah hidupnya, seperti “Guru Sekumpul: Kisah Singkat Guru Sekumpul” yang ditulis oleh Pena Sterni dan Alif Toha dan diterbitkan pada tahun 2020. Buku ini turut memperkaya pemahaman tentang perjalanan hidup dan warisan ilmiah Abah Guru Sekumpul.
Karomah Abah Guru Sekumpul
Meskipun memiliki karomah, Abah Guru Sekumpul selalu menasihati agar tidak terkecoh oleh segala keanehan dan keunikan. Ketawadhuhan dan kesederhanaannya adalah yang telah membantu dia mencapai posisinya yang tinggi. Abah Guru Sekumpul lahir pada 11 Februari 1942 (27 Muharram 1361 H) di Kampung Tunggul Irang Seberang, Martapura, Kalimantan Selatan, dan meninggal pada usia 63 tahun di Martapura pada 10 Agustus 2005.
Selain dikenal dengan sebutan Abah Guru Sekumpul, Muhammad Zaini juga memiliki julukan lain, seperti Qusyairi (nama kecil), Guru Ijai (Guru Izai), Guru Ijai Sekumpul, Tuan Guru, Abah Guru, dan Kiai Haji. Keistimewaan putra dari Abdul Ghani dan Masliah binti Haji Mulya ini sudah terlihat sejak kecil. Dia tidak pernah mengalami mimpi basah, dan pada usia 10 tahun diberikan kemampuan untuk melihat dan mendengar hal-hal gaib. Sejak kecil, Abah Guru Sekumpul telah mendapatkan pendidikan agama Islam yang ketat dari kedua orangtuanya.
Ketika dia remaja, dia masuk ke Pondok Pesantren Datu Kalampian Bangil, Jawa Timur, dan menjadi murid dari Syekh Falah di Bogor. Dia kemudian memperdalam pengetahuan syariat dan tarekatnya kepada Syekh Muhammad Yasin Padang di Makkah.
Kemudian, dia belajar dari Syekh Hasan Masysyath, Syekh Ismail Yamani, Syekh Abdul Qadir al-Baar, Syekh Sayyid Muhammad Amin Kutby, dan Allamah Ali Junaidi (Berau) ibn Jamaluddin ibn Muhammad Arsyad. Dengan bimbingan dari Syekh Ali Junaidi, Abah Guru Sekumpul belajar dari Syekh Fadhil Muhammad (Guru Gadung). Dia mendapatkan ijazah Maulid Simthud Durar dari sahabat karibnya, Habib Anis ibn Alwi ibn Ali al-Habsyi dari Solo, Jawa Tengah. Setelah itu, dia mengajar di Pondok Pesantren Darussalam Martapura selama lima tahun.
Baru pada tahun 1970-an, dia membuka pengajian di rumahnya sendiri dengan didampingi oleh Guru Salman Bujang. Pada tahun 1988, dia pindah ke Kampung Sekumpul dan mendirikan kompleks perumahan ar-Raudhah atau Dalam Regol.
Sejak saat itu, kewibawaan dan karismanya mulai terkenal luas. Banyak tamu yang datang, termasuk tokoh seperti Amien Rais, Gus Dur, dan KH AA Gym. Bahkan, tamu dari luar negeri, seperti Malaysia, Singapura, dan Brunei, juga datang. Salah satu dari banyak karomah Abah Guru Sekumpul yang dikenal luas adalah kemampuannya untuk membawa hujan saat musim kemarau panjang, hanya dengan menggoyang-goyangkan pohon pisang. Meskipun banyak yang mempercayai karomahnya, tidak sedikit dari kalangan ulama yang meragukannya.
Salah satu ulama yang awalnya meragukan karomah Abah Guru Sekumpul adalah Habib Maksum dari Pasuruan. Dia datang menemui Abah Guru Sekumpul untuk membuktikan karomah Wali Allah itu.
Dalam perjalanan ke rumah Abah Guru Sekumpul, Habib Maksum berbisik dalam hatinya, “jika guru Zaini itu benar-benar Wali Allah, maka utangku Rp21 juta akan lunas.” Ternyata benar, tiba-tiba saja utangnya dilunasi. Saat itu, di rumah Abah Guru Sekumpul, Habib Maksum sedang berbincang. Tiba-tiba, seseorang memberikan uang cek kepada Abah Guru Sekumpul yang langsung diserahkan kepada Habib Maksum. “Ini untuk melunasi utang,” katanya. Habib Maksum sangat terkejut. Karena gumaman tentang utang Rp21 juta itu hanya ada dalam hatinya dan tidak pernah diucapkan kepada siapa pun. Namun, Abah Guru Sekumpul dapat mengetahui hal itu.
Kesimpulan
Dalam penutup artikel dari exponesia.id ini, kita telah menjelajahi keajaiban dan kebijaksanaan yang terkandung dalam karomah Abah Guru Sekumpul. Beliau adalah seorang tokoh spiritual yang telah memberikan berbagai ajaran dan panduan bagi banyak orang dalam mencari makna hidup dan mendekatkan diri kepada Tuhan.
Karomah Abah Guru Sekumpul adalah cerminan dari ketulusan hati, keimanan yang kuat, dan dedikasi yang tinggi dalam beribadah. Pengaruh positifnya terasa dalam banyak aspek kehidupan, dari segi spiritual hingga sosial. Abah Guru Sekumpul adalah teladan bagi banyak orang, mengingatkan kita akan pentingnya menjalani kehidupan dengan penuh keikhlasan dan cinta kepada sesama.
Semoga kita semua dapat mengambil hikmah dari perjalanan spiritual Abah Guru Sekumpul dan menerapkan nilai-nilai yang telah diajarkannya dalam kehidupan kita sehari-hari. Semoga karomah beliau terus memberi inspirasi dan petunjuk dalam menjalani hidup yang lebih bermakna dan penuh berkah.