Membangkitkan Sukma Sejati – Temukan Kekuatan dan Keindahan. Di tengah hiruk-pikuk kehidupan sehari-hari, seringkali kita merasa terjebak dalam rutinitas dan kebingungan identitas. Kita hidup di dunia yang menuntut adaptasi cepat, respon instan, dan komitmen terhadap berbagai tugas. Namun, dalam kesibukan tersebut, tak jarang kita melupakan siapa kita sebenarnya dan apa makna sejati dari eksistensi kita.
Membangkitkan sukma sejati adalah perjalanan mendalam untuk menemukan esensi diri, menyingkap kebenaran yang tersembunyi di balik lapisan-lapisan ego dan pengalaman.
Artikel ini akan membimbing kalian dalam menemukan dan membangkitkan sukma sejati kalian, sebuah perjalanan spiritual yang akan memberikan pencerahan dan kedamaian bagi jiwa kalian. Selamat menemukan diri kalian yang sesungguhnya.
Apa Itu Sukma Sejati?
Dalam perspektif spiritual dan kebatinan yang mendalam, pemahaman intisari manusia mencapai suatu kedalaman yang memberikan pengetahuan mendalam mengenai Tuhan serta hakikat dan esensi sebenarnya dari diri manusia.
Ajaran-ajaran puncak dalam kebatinan ini dikenal dengan berbagai nama, seperti Kasampurnan, Manunggaling Kawula Lan Gusti, Sukma Sejati, Guru Sejati, dan Sangkan Paraning Dumadi yang menggambarkan hakikat dan esensi sejati manusia.
Nama-nama ajaran kebatinan yang disebutkan sebelumnya adalah fondasi dasar dalam pengajaran spiritual kejawen. Meski beragam istilah dan sebutan digunakan dalam berbagai aliran kebatinan Jawa, inti ajarannya tetap sama. Ajaran kebatinan serupa juga dapat ditemukan di banyak wilayah, khususnya di India dan sekitarnya, meskipun dengan sebutan dan terminologi yang berbeda.
Istilah Sukma Sejati mengacu pada roh maha agung yang Allah ciptakan dalam diri manusia, yaitu esensi sejati manusia yang mencerminkan gambaran manusia saat Tuhan pertama kali menciptakannya.
Ajaran Sukma Sejati menekankan adanya roh maha agung yang Allah ciptakan dalam diri setiap manusia, yaitu esensi sejati kita. Ini menunjukkan bahwa manusia sejatinya tidak membutuhkan berhala untuk disembah, ataupun bergantung pada roh lain sebagai sumber keberdayaan seperti khodam atau jimat.
Sebagai roh murni hasil ciptaan Tuhan, sukma sejati manusia memancarkan kehadiran ilahi. Ketika manusia memfokuskan diri pada kehadiran ilahi ini, maka sukma sejati manusialah yang akan mendominasi roh-roh lain, bukan sebaliknya.
Oleh karena itu, penting bagi manusia untuk menjalani hidupnya dengan selalu sejalan dan harmonis dengan keberadaan ilahi Tuhan.
Cara Membangkitkan Sukma Sejati
1. Semedi
Semadi, yang juga dikenal dengan berbagai istilah seperti sarasa, rasa tunggal, maligining rasa, rasa jati, dan rasa pangrasa, adalah salah satu bentuk meditasi dalam tradisi kebatinan. Ada juga istilah lain seperti maladihening, mesu budi, manekung, puja brata, tarak brata, dan banyak lagi. Pada dasarnya, praktik semedi melibatkan dua aspek utama.
Pertama, ada ‘SOLAH’, yaitu mengatur gerakan atau postur tubuh untuk “menenangkan” atau “mematikan” indra fisik agar dapat merasakan esensi rasa yang murni. Kedua, ada ‘BAWA’, yang berkaitan dengan kondisi batin dan bagaimana merasakan dan meningkatkan kesadaran melalui pengolahan rasa sehingga mencapai pencerahan batin atau merasakan atma dalam sukma sejati.
Penting untuk membedakan antara sukma sejati dengan rasa sejati. Sukma sejati memiliki manifestasi yang dapat dilihat, sementara rasa sejati lebih kepada sensasi atau perasaan yang dihubungkan dengan energi kehidupan atau atma. Sukma sejati adalah manifestasi dari roh atau ruh, sedangkan rasa sejati berhubungan dengan sir atau sirulah.
Ada banyak cara untuk melakukan semedi, seperti duduk bersila atau bahkan berbaring. Berikut adalah panduan sederhana untuk semedi dengan posisi berbaring.
2. Patraping Netra
Dalam praktek meditasi, salah satu teknik yang digunakan adalah memusatkan perhatian mata pada satu titik yang disebut ‘papasu’, terletak tepat di tengah antara kedua mata. Meskipun mata tertutup, arah pkalianngan tetap terfokus pada titik ini.
Bagi beberapa orang, akan langsung terlihat semacam cahaya atau sinar yang mungkin berwarna putih kekuningan. Jika awalnya yang kalian lihat adalah kegelapan, bersabarlah. Setelah beberapa saat, cahaya mungkin mulai muncul dan perlahan-lahan menjadi semakin terang, bahkan bisa sangat cemerlang.
Dengan posisi tersebut, saatnya mengatur nafas kalian dengan tenang. Setelah berlatih pernapasan dengan tenang, lanjutkan dengan memfokuskan pkalianngan pada papasu.
Seiring waktu, kalian mungkin melihat cahaya yang semakin terang dengan nuansa kuning keputihan. Fokuskan perhatian kalian sepenuhnya pada cahaya tersebut. Sabar dan tenang, dan kalian mungkin mulai melihat gambaran semacam lorong.
Dengan diperintah oleh kehendak rasa sejati atau ‘kareping rahsa’, kalian diajak untuk mengikuti lorong ini, yang mungkin memiliki lengkungan namun bukan tikungan yang tajam.
Lorong ini akan membawa kalian ke sebuah ruangan yang bersinar sangat terang. kalian akan merasakan seolah-olah berada di sebuah ruangan yang sangat luas, indah, dan sulit untuk dijelaskan keindahannya. Itulah yang disebut dengan ruang gaib.
3. Pengaturan Pernafasan
Dalam teknik semedi, pengaturan pernapasan memainkan peran penting. Untuk memulainya, tarik nafas dengan dalam namun dengan gerakan yang halus, bukan dengan gerakan yang tergesa-gesa atau kasar.
Tarik nafas dengan kuat dan dalam hingga sejauh mungkin. Perasaan pernapasan seharusnya dimulai dari bagian puser dan terus memenuhi dada, membuatnya terasa penuh.
Kemudian, rasakan nafas tersebut naik menuju cethak atau langit-langit mulut, dan akhirnya sampai ke puncak kepala atau ubun-ubun. Proses pengisian nafas dari puser hingga ke ubun-ubun seharusnya dilakukan dalam satu tarikan nafas yang berlangsung sekitar 4-7 detik, atau dengan hitungan dari angka 1 hingga 7.
Setelah nafas mencapai puncak, tahan beberapa saat, kurang lebih dalam hitungan 7 detik. Kemudian, hembuskan nafas melalui mulut dalam kurun waktu sekitar 4 detik. Penting untuk diingat bahwa durasi menghirup nafas harus lebih lama dibandingkan dengan menghembuskannya.
4. Sastra Cetha
Saat menahan nafas di ubun-ubun, awalnya kalian mungkin merasakan sensasi yang ringan. Namun, semakin lama kalian menahan, sensasi tersebut bisa menjadi semakin berat. Jika sudah terasa sangat berat, hembuskan nafas perlahan seolah kalian sedang menurunkan beban yang rapuh dan mudah pecah.
Beban yang dirasakan ini sebenarnya merupakan manifestasi dari rasa jati atau yang dikenal dengan tenaga dalam yang terpusat. Proses pernapasan seperti ini dikenal dengan sebutan sastra cetha.
Sastra berarti analogi atau metafora ilmu sedangkan cetha merujuk pada cethak, yaitu langit-langit mulut sebagai sumber keluarnya suara. Istilah sastra cetha digunakan untuk mengilustrasikan teknik pernapasan yang ditarik hingga mencapai ubun-ubun.
Agar nafas dapat mencapai ubun-ubun, cethak harus ditutup dengan kuat sehingga nafas tidak keluar terlebih dahulu melalui mulut. Jika cethak tidak ditutup dengan baik, nafas akan mengalir secara alami dan hanya mencapai cethak sebelum kembali turun.
5. Daiwan
Daiwan atau dawan merujuk pada pengaturan pernapasan yang dilakukan secara panjang, tenang, dan dengan kesabaran, tanpa tergesa-gesa atau cemas. Kata Daiwan juga bisa diartikan sebagai sesuatu yang tak berujung, yang berkelanjutan atau yang abadi.
Hal ini menggambarkan bahwa esensi kehidupan kita yang abadi terletak dalam nafas kita. Nafas merupakan proses aliran udara masuk dan keluar dari tubuh kita, yang berjalan seiring dengan kehadiran roh dalam diri.
Ketika kedua elemen ini, nafas dan roh, berhenti berfungsi, hal tersebut disebut kematian, di mana tubuh fisik mengalami kerusakan dan kembali ke sumber asalnya.
Oleh karena itu, pernapasan yang berlangsung secara kontinu dan diperpanjang adalah penting untuk memastikan kita mendapatkan energi kehidupan yang lebih lama.
6. Tripandurat
Salah satu teknik pernapasan dikenal dengan nama sastra cetha. Teknik ini melibatkan satu siklus pernapasan yang dimulai dengan menarik nafas melalui hidung, menahannya sejenak, kemudian menghembuskannya melalui mulut.
Saat mempraktikkan sastra cetha, tidak perlu dilakukan secara terus menerus tanpa jeda. Sebaiknya, lakukan teknik ini dengan cara yang wajar, misalnya tiga kali pernapasan lalu beristirahat sejenak sebelum melanjutkan.
Tiga siklus pernapasan dalam sastra cetha dikenal sebagai tripandurat. Kata ‘Tri’ berarti tiga, ‘pandu’ artinya suci, dan ‘rat’ merujuk pada tubuh atau alam.
Ini menggambarkan bahwa tiga siklus pernapasan dalam sastra cetha dapat memfasilitasi hubungan antara manusia dengan Sang Pencipta, yang terjadi di wilayah ubun-ubun atau suhunan, tempat yang dianggap sakral atau suci.
Mantra Pelet Sukma Sejati
Berikut adalah mantra pelet sukma sejati:
Mantra : “bismillahirahmanirrahim,,
cahaya mulya mulyaningsun urip
ingsun,
iya iku kang ngimpuni nyawane
si………..wis kawengku dening
dening nyawaku,
teko kedep teko lerep teko nurut
manut si…………………menyang aku
cahya mulya mulyaningsun,urip
ingsun,iya iku kang ngimpune
nyawane si……
wis kakekap dening nyawaku,teko
kedep,teko lerep,teko nurut,teko
manut si…….menyang aku,nurut
manut saka kersaning gusti Allah,
Laa Ilaha Illallah Muhammad
Rasululloh…..”
Tata Cara Pelet Sukma Sejati
Tata cara pelet sukma sejati adalah sebagai berikut:
- Tidak diperlukan puasa sebagai prasyarat.
- Ucapkan mantra sebanyak 3 kali sebelum bertemu dengan seseorang.
- Setelah mengucapkan mantra, tapakkan kaki kalian ke tanah tiga kali, kemudian baru temui orang yang kalian tuju.
Penutup
Demikianlah pembahasan exponesia.id cara membangkitkan sukma sejati. Memahami dan mempraktikkan cara untuk membangkitkan Sukma Sejati merupakan langkah mendalam dalam perjalanan spiritual seseorang.
Ini bukan sekadar metode, namun refleksi dari upaya mencari makna dan tujuan hidup yang lebih mendalam. Artikel “Cara Membangkitkan Sukma Sejati” ini diharapkan dapat memberikan pencerahan serta memandu kalian menuju puncak kesadaran batin yang hakiki.
Semoga setiap usaha yang kalian lakukan membawa kalian semakin dekat dengan esensi sejati diri dan membantu kalian memaknai hidup dengan lebih bermakna. Salam damai dan selamat menjalani perjalanan spiritual kalian.